Perjuangan Tak Kenal Lelah Para Petugas Pemadam Kebakaran Hutan, Makan Seadanya dan Kelelehan
Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) hampir saban hari terjadi di Bolaang Mongondow (Bolmong), Provinsi Sulawesi Utara.
Editor: Hasanudin Aco
"Kami di lokasi diam-diam aja dan sama-sama tahu. Tak ada membahas itu lagi, karena takut ia muncul lagi."
"Seperti kata orangtua dulu kalau kita cerita tentang benda itu di tengah hutan, kita didatangi," ucap Robby.
Namun hingga proses pemadaman rampung, beruntung tidak terjadi konflik antara petugas dengan hewan bernama latin Panthera Tigris Sumatrae tersebut.
Diperkirakan, harimau asli Sumatera tersebut keluar karena habitatnya terganggu akibat kebakaran dan kabut asap.
Baca: Begini Sindiran Anies Soal Satgas Pemadam Karhutla yang Ditolak Pemprov Riau
Bertemu Ular
Berbeda cerita dengan yang dialami oleh personel pemadam kebakaran hutan dan lahan di Kecamatan Pangkalan Kerinci.
Personil kerap bertemu ular ketika memadamkan api di Jalan Lingkar Timur dan Jalan Lintas Timur Kota Pangkalan Kerinci.
Masih dari TribunPekanbaru, Camat Pangkalan Kerinci, Dody Asmasaputra menceritakan kisah tersebut.
Awalnya tim gabungan sedang melakukan pemadaman dan pendinginan di lokasi karhutlan yang berada di Jalintim Pangkalan Kerinci yang berdekatan dengan SPBU Buya Karim.
Ketika memadamkan api, Camat Dody dan personel lainnya mendapati ular didekatnya.
Mengetahui hal tersebut, ular tersebut lantas disemprot dengan air.
Tak ada respon dari ular, personel memberanikan diri dengan menjolok ular King Cobra dengan kayu dan didapati ternyata sudah mati terpanggang api.
Baca: Kebakaran Hutan dan Lahan - Jokowi : Sulit Memadamkannya, Pencegahan akan Lebih Efektif
Relawan Pemadam Berusia 13 Tahun
Adalah Muhammad Rifqi, pemadam kebakaran yang baru berusia 13 tahun.
Saat anak-anak sebayanya asik bermain game dengan ponsel pintarnya, ia justru menghabiskan waktunya untuk membantu menjadi relawan pemadam kebakaran.
Walaupun kini masih berusia 13 tahun, tapi ia memiliki keberanian.
Bahkan siswa kelas dua MTS Negeri 1 Paser, Kalimantan Timur ini diketahui membantu memadamkan api-api di lahan yang terbakar sejak kelas 4 SD.
Ia menjadi relawan termuda di antara personel Pemadam Kebakaran (Damkar) Satpol PP Paser dan personil Manggala Agni Daops Paser.
Hampir setiap ada kebakaran lahan dan hutan, ia selalu hadir terlebih dahulu.
Mengutip Tribunkaltim, Rifqi menjadi relawan atas dasar kemauan sendiri tanpa ada paksaan.
Bahkan ia kini memiliki baju pemadam sendiri.
Muhammad Rifqi mendapat berbagai informasi kebakaran dari Handy Talkie yang dibelinya hasil menabung uang pemberian kedua orang tuanya.
“Info itu dari Handy Talkie (HT), yang saya beli sewaktu kelas 6 SD. Uang yang dikasih Bapak dan Ibu saya tabung, setelah cukup saya belikan HT,” kata Rifqi, Jumat (13/9/2019).
Rasa simpatinya bermula ketika sering melihat personel pemadam berkomunikasi lewat HT, kemudian Rifqi pun tergerak membeli HT agar cepat dapat info kebakaran.
“Saya sendiri yang mengatur dan menyimpan frekuensi BPBD, Damkar maupun Manggala Agni," kata dia.
Sementara itu, Rifaul Aqila, Ibunya Rifqi sangat mendukung aktivitas sosial anaknya sepanjang bisa mengatur waktu dengan baik.
“Guru-gurunya banyak yang senang karena Rifqi rajin dalam aktivitas sosial di sekolah."
"Soal pelajaran, dia masuk peringkat yang lumayan baik, makanya saya mendukung aktivitas sosialnya sekarang,” tambahnya.
Baca: Video: 300 Ribu Hektar Hutan Indonesia Sudah Terbakar Sejak Januari 2019
Salat Beralas Daun
Cerita tak kalah apik datang dari aparat TNI yang bertugas memadamkan api di hutan dan lahan yang terbakar.
Personil kodim tersebut sedang bertugas memadaman lahan gambut di RT 11 dan RT 12 Kelurahan Petung dan RT 3 Desa Giripurwa, Minggu (14/6/2019).
Di tengah perjuangan memadamkan api, aparat TNI tetap menjalankan kewajibannya yakni beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Personel Kodim 0913/Paser Penajam Utara tetap melaksanakan kewajiban salat walau beralaskan daun sawit.
Dilansir dari situs remsi TNI, diungkapkan Dandim 0913/PPU, Letkol Inf Mahmud, prajurit TNI di manapun berada dan bertugas, melaksanakan ibadah merupakan suatu kemutlakan.
“Walaupun sedang bertugas di lapangan, ibadah merupakan prioritas, sebagai ungkapan syukur kepada Sang Khalik,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan, dengan beribadah memohon perlindungan Allah SWT, tugas seberat apapun dapat dilaksanakan.
Bahkan Dandim juga mengatakan anggota yang beragama Islam melaksanakan salat Zuhur di bawah pohon sawit, sudah merupakan rutinitas tiap hari.
Sementara itu, dalam memadamkan api karhutla, Dandim menuturkan, kendala utama selama ini adalah lambatnya peralatan Karhutla ke TKP karena medan yang sulit dijangkau kendaraan.
(Tribunnews.com/Tio)