Diterima Presiden Jokowi, Forum Rektor Indonesia Ingin Negara Teduh
Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Jokowi menerima audiensi dari Forum Rektor Indonesia (FRI) di Istana Merdeka, Kamis (3/10/2019).
Dalam acara itu, Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir.
"Tadi para rektor menyampaikan apirasi mereka yang diwakili oleh Ketua FRI soal bagaimana Indonesia kedepan, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan bagaimana kita jaga kondusivitas suatu negara. Bagaimana negara menjadi teduh, damai dan membangun SDM berkualitas," ungkap Nasir usai audiensi di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta.
Lanjut, Ketua FRI sekaligus Rektor UNDIP, Yos Johan mengaku pihaknya menyampaikan langsung beberapa pernyataan sikap para rektor menyikapi kondisi saat ini.
Baca: Link Streaming Indonesia Masters 2019, Ganda Putra Indonesia Jumpai Unggulan dari China
Baca: Fakta Terbaru Upaya Pembunuhan Suami oleh Istri & Sopir, Uang untuk Beli Sianida Dipakai Foya-foya
Baca: Live Score Liga 2 hari Ini: Cilegon United vs Persita dan Mitra Kukar vs PSBS, Akses di Sini
Diantaranya FRI meminta semua pihak menahan diri untuk memberikan suasana kondusif bagi bangsa ini. Selanjutnya membuka ruang dialog untuk mereka yang berbeda pendapat.
Berkaitan dengan Rancangan Undang-Undang yang menjadi polemik, menurut FRI perlu adanya sosialisasi yang masif agar dipahami semua pihak.
"Soal RUU perlu sosialisasi yang ditingkatkan. Saya yakin saat ini sudah ada sosialisasi tapi harus ditingkatkan. Karena banyak kejadian, ada kekurang pahaman atau informasi minim," tutur Yos Johan.
Yos Johan melanjutkan menyikapi polemik RUU yang diperdebatkan, beberapa rektor sudah melakukan sosialisasi mendiri menguncang para perancang KUHP ke kampusnya masing-masing untuk memberikan penjelasan.
Melalui sosialisasi tersebut, kata Yos Johan, para rektor ingin menempatkan mahasiswa dalam kondisi setuju karena paham dan tidak setuju, juga karena paham.
"Jangan sampai mahasiswa setuju dan tidak karena tidak paham. Kami ingin memberikan sosialisasi, jangan mereka (mahasiswa) hanya melihat dari sosmed yang sudah dipotong. Dan tadi presiden tentu saja setuju dengan proses sosialisasi," tambahnya.