Lima Poin Deklarasi Mahasiswa Papua se-Jabodetabek terkait Kerusuhan di Wamena
Seorang alumni dari ikatan mahasiswa Papua (IMASEPA), Mudin Lalobo dalam pertemuan tersebut menyampaikan lima poin
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan wartawan Tribunnews.com, Mafani Fidesya Hutauruk
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Belasan mahasiswa dari Jakarta, Bogor, Depok,Tangerang dan Bekasi berdeklarasi terkait kerusuhan di Wamena, Papua di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Jumat (4/10/2019).
Seorang alumni dari ikatan mahasiswa Papua (IMASEPA), Mudin Lalobo dalam pertemuan tersebut menyampaikan lima poin.
Baca: Mahasiswa Papua Jabodetabek Sampaikan Permintaan Maaf pada Warga Pendatang dan Serukan Perdamaian
Berikut lima poin yang disampaikan:
Pertama, kami gabungan mahasiswa Papua se-Jabotabek berpegang teguh kepada posisi bermasyarakat dan bernegara.
Kedua, kami akan menjaga kedamaian dan persaudaraan antara umat bangsa dan bernegara.
Ketiga, kami mengajak masyarakat yang ada di Wamena dan sekitar saling mengayomi, mencintai dan melindungi
Keempat, kami mengutuk tindakan yang membakar dan melanggar HAM oleh oknum tidak bertanggung jawab
Kelima, kami mengimbau seluruh mahasiswa Papua dan Papua barat di mana pun berada untuk menjaga nilai adat dan Bhineka Tunggal Ika untuk menjaga kesatuan Indonesia.
"Kami berharap agar masyarakat Papua lebih menyeleksi informasi yang ada, dan tidak mudah percaya berita bohong (hoaks)," ucap Mudin.
Ia menjelaskan bahwa masyarakat Papua cinta damai. Menurutnya, jika ada kerusuhan dan perpecahan penyebabnya adalah oknum tidak bertanggungjawab
Minta maaf
Mereka menyerukan perdamaian bagi tanah kelahiran mereka, Bumi Cenderawasih yang belakangan situasinya memanas hingga ribuan orang harus mengungsi dari Wamena, Papua.
Baca: Kerusuhan Wamena: Perantau Diserang Warga Tak Dikenal, Sembunyi di Gereja, Perusuh Dihalau Pendeta
Sebagai bentuk nasionalisme, belasan mahasiswa Papua ini turut menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai bentuk rasa persatuan.
Ketua Himpunan Mahasiswa Kaimana (Himaka), Moytuer Boymasa mengatakan pihaknya menyampaikan permintaan maaf pada warga pendatang di Papua yang turut menjadi korban.
Dia berharap, masalah di Papua bisa selesai.
Dia meyakini, kericujan di Wamena dan Jayapura sama sekali tidak ada dampak positifnya melainkan hanya menimbulkan korban dan kerugian materiil.
"Kami dari Mahasiswa Kaimana yang studi di Jabodetabek menyampaikan permohonan maaf pada saudara kami, khususnya pendatang yang jadi korban. Semoga ini semua cepat selesai," imbuhnya.
Moytuer menambahkan kini kondisi di Wamena sudah mulai membaik.
Meski begitu, dia tetap meminta pemerintah dan aparat terus sinergi agar kejadian serupa tidak terulang.
Kesaksian pendatang ditolong warga lokal
Pascakerusuhan di Wamena pada Senin (23/9/2019) ribuan warga pendatang memilih untuk kembali ke kampung halamannya.
Meski kondisi kini telah berangsung pulih, namun gelombang keluarnya warga pendatang hingga kini masih terus terjadi.
Mereka yang keluar dari Wamena mengatakan masih trauma pasca kerusuhan yang menyebabkan lebih dari 30 kehilangan nyawa.
Para pengungsi yang keluar dari Wamena ini banyak memberikan kesaksian atas kerusuhan yang terjadi.
Dilansir dari TribunJakarta, Jefri Tanjung (60), perantau asal Sumatera Barat yang sudah 19 tahun berada di Wamena, mengatakan perusuh membawa panah, bom molotov, ketapel hingga batu dalam melancarkan aksinya.
Penyerangan yang begitu cepat membuat Ia dan keluarganya tak sempat untuk menyelamatkan harta benda.
Baca: Tiga Pengungsi Akibat Kerusuhan di Wamena Sudah Kembali ke Karanganyar
Pria yang kesehariannya berprofesi sebagai pedagang ini, bersama keluarganya hanya bermodal pakaian yang melekat di badan bergegas mengungsi ke gereja terdekat sebelum akhirnya dievakuasi aparat TNI-Polri ke tempat lebih aman.
"Pendeta itu melarang mereka (perusuh) masuk ke Gereja, makannya kami semua selamat. Ada ratusan orang yang mengungsi ke Gereja, perantau dari Madura termasuk," tuturnya.
Jerfi mengatakan, kelompok perusuh yang menyerang bukanlah warga asli Wamena yang selama ini Ia kenal.
"Bukan warga yang kita kenal. Mereka (perusuh) turun dari lembah bawa senjata. Bawa panah, molotov, ketapel, paling banyak bawa batu. Langsung menyerbu, mendadak," ungkapnya.
Sementara itu, Anton (33) perantau asal Minang lainnya juga mengatakan bahwa warga asli Wamena yang Ia kenal juga turut menjadi korban.
Ia mengatakan, perusuh membakar rumah serta bangunan tanpa pandang bulu hingga menyebabkan wara berlarian mencari pengungsian.
Warung kelontong yang Ia miliki juga turut habis terbakar akibat beringasnya massa.
Beruntung Ia selamat setelah mengungsi di Kodim.
"Saya mengungsi ke Kodim, kios warung kelontong saya dibakar. Enggak ada barang yang bisa diselamatkan. Kalau pelakunya banyak, mereka menyebar. Tapi kita enggak kenal mereka," tutur Anton.
Baca: Wamena Mulai Kondusif, Dokter Takut Bertugas, Sejumlah Puskesmas Masih Tutup
Sementara itu, Amin (40) satu diantara pengungsi yang juga keluar dari Wamena mengungkapkan, tidak semua warga Wamena terlibat dalam kerusuhan.
Ia mengatakan, warga asli Wamena justru menolong para pengungsi dari serangan perusuh.
Dilansir dari TribunBogor, Amin berhasil selamat dalam kerusuhan tersebut setelah ditolong dan bersembunyi di rumah warga Wamena.
"Saya selamat dari karena ketika rumah saya di depan di bakar saya lari keluar lewat pintu belakang rumah. Sembunyi saya di rumah warga sana (Wamena)," kata Amin
Setelah bersembunyi, Ia diberi informasi oleh warga Wamena tentang keberaddan aparat.
"Saya selamat dari karena ketika rumah saya di depan di bakar saya lari keluar lewat pintu belakang rumah. Sembunyi saya di rumah warga sana (Wamena)," kata Amin
Informasi yang Ia terima, kerusuhan itu berawal dari demo mahasiswa di depan kantor bupati.
Namun demikian, Ia meragukan bahwa pelaku kerusuhan tersebut adalah para mahasiswa.
Sebab perusuh yang dilihatnya sudah tua-tua dan berjenggot.
"Itu katanya (yang rusuh) mahasiswa. Itu semua tua-tua, berjenggot-jenggot itu, mana ada mahasiswa tua-tua, gak ada," katanya.
Baca: Personil TNI dan Polisi Mulai Bersihkan Puing Sisa Kerusuhan di Pasar Wouma, Wamena
Hal senada juga dikatakan Sunam (33) seorang pekerja di pabrik tahu yang juga diselamatkan warga lokal.
Dia dan 13 kawannya yang lain diajak bersembunyi di rumah warga asli Wamena sampai akhirnya diamankan aparat untuk dikirim ke pengungsian di Sentani.
Saat hendak melarikan diri, Sunam dan kawan-kawannya sempat kebingungan karena sudah terkepung dan tak bisa lari kemana-mana.
"Kita semua karyawan diusir, kita itu lebih dari 50-an. Pabrik tahu tidak dibakar, tapi dirusak. Kita sempet dikepung, hari Senin itu," kata Sunam.
"Jam 09.00 sampai jam 12.00 kita dibantu orang Wamena untuk bersembunyi di rumahnya," kata Sunam.
Seorang pengungsi lain, juga menceritakan tentang kengerian dalam kerusuhan di Wamena pada Senin (23/9/2019).
Aksi kerusuhan tersebut hingga kini masih membekas di benak Budiarto (43), seorang pekerja pembuat bata di Wamena.
Budiarto memilih kembali ke kampung halamannya yang berada di Kebumen karena masih trauma atas peristiwa yang terjadi.
Baca: 50 Warga Jabar di Wamena Minta Dipulangkan, Nasib 450 Lainnya Belum Diketahui
Polisi tetapkan 7 Tersangka
Polisi telah menetapkan tujuh tersangka dengan tuduhan sebagai pelaku kerusuhan di Wamena, papua pada Senin (23/92019).
Dilansir dari Kompas.com, Kombes Pol Asep Adi Saputra mengatakan, hingga kini pihak kepolisian masih mengembangkan kasus tersebut.
"Ke-tujuh tersangka yang diduga sebagai pelaku kerusuhan di Wamena tersebut sudah ditetapkan proses penahanannya," kata Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Sslatan, Kamis (3/10/2019).
Hingga kini situasi di Wamena berungsur pulih dan aktivitas ekonomi kembali normal.
Namun demikian, layanan kesehatan untuk warga belum sepenuhnya dapat diakses.
Bahkan, ada puskesmas yang melayani masyarakat tanpa pasokan listrik.
salah satu dokter di Puskesmas Wamena Kota, Lorina, mengatakan layanan kesehatan di tempatnya dibatasi sampai pukul 12 siang.
"Karena kalau jam 12 lebih, kan kita dokternya hanya ada dua di sini, saya pegang posko, saya harus ke posko, jadi cek pasien yang lain," katanya.
Meski demikian, kata dia, Puskesmas Wamena Kota memiliki obat-obatan yang cukup untuk pasien yang sakit.