Rayakan HUT ke-83, Sabam Sirait ke GO Indonesia: Terus Semangat Dalam Optimis
Sabam Sirait merayakan ulang tahunnya yang ke-83, Senin malam, di Jakarta (14/10/2019). Sabam adalah tokoh politik yang mendapat rasa hormat secara
Editor: FX Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sabam Sirait merayakan ulang tahunnya yang ke-83, Senin malam, di Jakarta (14/10/2019). Sabam adalah tokoh politik yang mendapat rasa hormat secara luas dari masyarakat Indonesia. Sejak era Soekarno hingga Joko Widodo, catatan perjalanan politik Sabam terbilang bersih tanpa cela.
Turut hadir dalam acara ulang tahun Sabam para tokoh nasional seperti: Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian, Ketua MPR Bambang Soesatyo, Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti, Anggota DPD Jimly Asshidiqie, Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Dewan Pimpinan Nasional Generasi Optimis (GO) Indonesia Frans Meroga (Wakil Ketua Umum) dan Tigor Mulo Horas Sinaga (Sekretaris Jenderal), mantan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, mantan Menteri Hukum & HAM Yasonna Laoly, dan tokoh-tokoh lainnya.
Dalam kesempatan itu Kapolri Tito mengaku kekagumannya pada Sabam dan dengan nada akrab mengatakan, "Bapak Sabam Sirait selalu sehat dan banyak belajar, karena siapa tahu bisa jadi Presiden RI, karena Mahathir Mohamad terpilih lagi jadi Perdana Menteri Malaysia di usia 93 tahun." Ucapan Tito itu mengundang senyum manis dan tepuk tangan para undangan yang hadir.
Kiprah Sabam Sirait
Sabam memang bukan orang baru dalam dunia politik. Ia merupakan salah satu tokoh politik senior di negeri ini. Sekalipun baru terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) periode 2019-2024, jam terbang Sabam di dunia politik sudah dimulai sejak era Presiden Soekarno.
Sabam adalah salah satu tokoh Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia pada dekade 1950an. Ia merupakan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) yang karir di politik praktisnya dimulai saat menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Kristen Indonesia.
Ketika Parkindo melebur bersama partai nasionalis lainnya, Sabam merupakan salah satu deklarator Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Sabam tercatat sebagai wakil rakyat di DPR selama tujuh periode mulai dari tahun 1967 ketika ia masih tergabung dalam Parkindo. Pada 1983-1992, Sabam juga pernah menduduki jabatan sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung, lembaga tinggi negara yang sudah tak eksis lagi.
Masuk zaman Reformasi, Sabam termasuk dalam pejuang-pejuang tangguh PDI yang pindah gerbong ke PDI Perjuangan (PDIP) pimpinan Megawati Soekarnoputri. Ia juga dipilih rakyat menduduki kursi DPR RI hingga 2009. Pria Batak kelahiran tahun 1936 itu kembali berlaga dalam Pemilu 2014, kali ini ia mencalonkan diri sebagai anggota DPD.
Saat itu, Sabam hanya menduduki posisi kelima terbanyak dalam pemilihan sebagai Senator Indonesia mewakili DKI Jakarta dengan 237.273 suara. Hal itu membuat Sabam tak bisa melenggang ke Senayan mengingat kuota anggota DPD hanya empat orang per provinsi. Namun, wafatnya AM Fatwa, anggota DPD yang juga politisi senior, membuat Sabam masuk ke dalam DPD untuk posisi Pergantian Antar Waktu (PAW).
Anak-anak Ideologis Sabam Sirait
Sabam jelas adalah seorang Soekarnois. Doktrin dan praksis Sabam otomatis berwarna Proklamator kelahiran Surabaya itu. Salah seorang putra Sabam, Maruarar Sirait, mengikuti jejak Sabam sebagai politisi. Sekalipun tahun ini gagal masuk Senayan, Maruarar adalah salah seorang kader muda PDIP yang populer dan telah duduk di Senayan selama 3 periode. Ia bahkan dikabarkan hampir menjadi Menteri pada 2014 lalu.
Selain itu Sabam juga dikenal menjadi ayah ideologis bagi banyak Nasionalis-Soekarnois milenial masa kini. Di antaranya Frans Meroga dan Tigor Mulo Horas Sinaga. Keduanya kini, bersama Jeni Widianingrum, memimpin Generasi Optimis (GO) Indonesia, salah satu organisasi generasi milenial optimis yang sedang berkembang pesat di tanah air.
Di hadapan Frans dan Horas, Sabam di ulang tahunnya yang ke-83 memberi tiga wejangan kepada GO Indonesia. Yang pertama, "Senantiasa berkata dan berbuat jujur, serta bekerja dengan baik dan ikhlas," ujar Sabam.
Kedua, "Teruslah semangat dalam optimisme, jangan mudah putus asa. Orang politik itu biasa mati berkali-kali, kalah dalam politik adalah hal yang biasa."