Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Sang Sopir Sebelum Mantan Dubes RI August Parengkuan Hembuskan Nafas Terakhir

Sebelum menghembuskan nafas terakhir, August Parengkuan sempat terjatuh di depan kamar mandi rumahnya di Kuningan, Jakarta Selatan.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Cerita Sang Sopir Sebelum Mantan Dubes RI August Parengkuan Hembuskan Nafas Terakhir
Tribunnews.com/Mafani Fidesya Hutauruk
Rumah duka mendiang August Parengkuan di kawasan di Kuningan, Jakarta Selatan. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mafani Fidesya Hutauruk

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Dubes RI untuk Italia yang juga wartawan senior Harian Kompas, August Parengkuan meninggal dunia pada usia 76 tahun, Kamis (17/10/2019) pukul 05.50 WIB.

Sebelum menghembuskan nafas terakhir, August Parengkuan sempat terjatuh di depan kamar mandi rumahnya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

Ia sempat dilarikan oleh keluarga ke rumah sakit Medistra, di Jalan Jenderal Gatot Subroto Jakarta Selatan.

Asisten rumah tangganya menceritakan kejadian tersebut terjadi pada, Rabu (16/10/2019).

"Saya sempat membopong bapak ke kamarnya. Bapak kan udah pake ring di jantungnya," ucapnya.

Baca: Mantan Dubes RI August Parengkuan Meninggal Dunia, Berikut Rekam Jejak Kariernya Semasa Hidup

Cerita sedih juga datang dari supir pribadi August Parengkuan bernama Nano.

BERITA TERKAIT

Perasaannya sempat tak enak beberapa hari belakangan sebelum kepergian bosnya tersebut.

Ia bercerita sudah bermimpi tentang August Parengkuan, dua kali sebelum kepergiannya.

"Dalam mimpi itu bapak berkata, no, saya ingin pergi jauh," kenangnya dengan mata berkaca-kaca.

Nano bercerita kembali, keesokan harinya ia kembali bermimpi tentang August Parengkuan.

"Soal mimpi itu saya tidak sempat bercerita ke bapak dan keluarganya. Saya hanya bercerita ke ibu Sumiyati, asisten rumah tangga," ucapnya.

Supir pribadi August Parengkuan yang sudah bekerja tiga tahun tersebut bercerita kembali.

Ia sempat menemani bapak pergi ke kantor Kompas.

Menurutnya itu adalah hal yang tak biasa.

"Bapak jarang sekali berkunjung ke kantor Kompas. Saya ingat dalam perjalanan menuju Kompas, bapak meminta saya untuk mengebut, padahal tidak ada yang diburu," kenangnya.

Rencananya, jenazah akan disemayamkan di Rumah Duka RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas