Ketika Polisi Bersenjata Laras Panjang Kawal 6 Terduga Teroris Dalam Konferensi Pers
Enam terduga teroris keluar dari sebuah mobil di depan Gedung Divisi Humas Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (17/10/2019)
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Enam terduga teroris keluar dari sebuah mobil di depan Gedung Divisi Humas Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (17/10/2019).
Lima terduga teroris pria dan satu perempuan tersebut terlihat mengenakan kemeja tahanan berwarna oranye.
Mereka terlihat kesulitan turun dari mobil dan berjalan.
Alasannya mata mereka ditutup dengan kain hitam.
Dengan tangan terborgol ke belakang, mereka dipandu untuk memasuki area konferensi pers dikawal masing-masing satu polisi.
Polisi tersebut terlihat memegang tangan dan kepala para terduga teroris sambil memberi perintah untuk berjalan.
Baca: Sehari Sebelum Lokalisasi Sunan Kuning Ditutup, Ini yang Dilakukan Penghuninya
"Ayo jalan sekarang. Habis ini ada tangga naik. Tangga, naik, Satu lagi," ujar sorang polisi, di lokasi, Kamis (17/10/2019).
Pantauan Tribunnews.com, polisi yang mengawal para terduga teroris ini mengenakan atribut lengkap.
Mulai dari rompi anti peluru, helm, penutup wajah (di bagian mulut dan hidung) hingga membawa senjata api laras panjang.
Kemudian mereka dibagi menjadi dua kelompok.
Baca: Pajang Foto Bersama, Mulan Jameela Ucapkan Selamat Ulang Tahun ke Prabowo & Beri Panggilan Khusus
Tiga diantaranya menghadap ke arah barat, sementara tiga lainnya ke arah timur.
Mereka membelakangi dan dipisahkan barang bukti yang ditampilkan kepada para awak media.
Para polisi yang mengawal terlihat mengitari dan berdiri di sekitar para terduga teroris tersebut.
Pandangan polisi yang mengawalnya terus tertuju kepada para terduga teroris.
Bahkan, ketika Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo melakukan konferensi pers, mereka tak melepaskan pandangannya.
Baca: Siswa dan Guru di SMKN 2 Sragen Foto di Bawah Bendera Mirip HTI, Ini Sikap Tegas Gubernur Ganjar
Dalam kesempatan itu, Dedi mengatakan bahwa para terduga teroris yang dihadirkan adalah mereka yang proses pemeriksaannya oleh Densus 88 hampir selesai.
"Beberapa tersangka yang dihadirkan ini tentunya sesuai dengan pertimbangan Densus, yang proses pemeriksaannya boleh dikatakan hampir selesai. Sementara tersangka yang lain masih diperiksa," ujar Dedi, kepada awak media.
Selain itu, mantan Wakapolda Kalimantan Tengah itu menuturkan pihaknya turut mempertimbangkan faktor keamanan.
Sehingga tak sembarangan dalam menghadirkan tersangka terorisme ke hadapan publik.
"Ini juga mempertimbangkan faktor keamanan. Tidak sembarangan menghadirkan beberapa tersangka terorisme. Karena memiliki pertimbangan keamanan, karena tersangka yang boleh dikatakan memiliki dalam arti kata sudah dalam proses sterilisasi oleh Densus 88," katanya.
40 terduga teroris ditangkap
Densus 88 Antiteror Polri hingga kini telah menangkap 40 terduga teroris setelah penusukan terhadap Menkopolhukam Wiranto di Alun-Alun Menes, Padeglang, Banten, Kamis (10/10/2019).
Jumlah terduga teroris tersebut bertambah 4 orang dari update sebelumnya yang berjumlah 36 orang.
"Sampai saat ini ada 40 orang terduga tindak pidana terorisme. Pak Kadiv menyampaikan kemarin 36 orang, kemudian ada 4 orang yang berhasil diamankan hari ini," ujar Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo, dalam konferensi pers, di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (17/10/2019).
Baca: Young Lex Pamer Foto USG Calon Bayinya, Sang Kekasih Bagikan Momen Syukuran 7 Bulan Kehamilan
Baca: Kepepet Gara-gara Kredit Mobil, Ajudan Polisi Ini Nekat Curi Uang Kapolres
Baca: Chord Cinta kan Membawamu Kembali - Dewa 19, Kunci Gitar Dasar Paling Mudah
Dedi menjabarkan identitas 4 terduga teroris yang baru berhasil diamankan.
Terduga teroris pertama berinisial OA yang ditangkap Densus 88 di Bandung.
OA sendiri disebut merupakan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Cirebon.
Selanjutnya dua terduga teroris berinisial W dan A yang juga merupakan jaringan JAD Cirebon diamankan di Cirebon.
Mantan Wakapolda Kalimantan Tengah tersebutu mengatakan OA, W dan A sudah merencanakan aksi penyerangan terhadap markas komando (mako) polisi dan tempat ibadah.
Selain itu, mereka juga merencanakan menyerang anggota polisi yang bertugas.
Sementara terduga teroris terakhir diketahui bernama A alias Gondrong yang merupakan JAD Bekasi.
Dedi mengatakan pihaknya berhasil mengamankan sejumlah barang bukti dari yang bersangkutan.
"Barang bukti dari A alias Gondrong ada bahan peledak, switching bom, alat komunikasi, baut ada paku-paku kemudian buku-buku," katanya.
Mengandung racun
Mabes Polri menyebut bom rakitan yang dibuat kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Cirebon memiliki daya ledak tinggi.
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan bom yang dipersiapkan mereka biasanya berisikan paku, baut, dan gotri.
Tidak hanya itu, bom yang mereka buat pun mengandung bahan kimia mematikan.
Baca: 10 Keunikan Singapura yang Jarang Diketahui Wisatawan, Termasuk Pemberian Namanya
"Bom-bom yang sudah dipersiapkan memiliki daya ledak yang cukup tinggi (high explosive). Bom ini berbeda dengan yang biasanya dirakit oleh kelompok JAD maupun teroris yang lainnya," ujar Dedi, di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (15/10/2019).
Ia mengatakan bom buatan kelompok Abu Zee yang ditangkap di Bekasi dan Jakarta Utara serta kelompok Abu Hamzah di Bogor mengandung triacetone triperoxide (TATP).
Baca: Depresi Tak Kuat Hadapi Komentar Haters, Sulli Eks F(X) Pernah Minta Tolong SM Entertainment
Tidak hanya itu, temuan Densus 88 Antiteror, bom buatan kelompok JAD Cirebon tersebut pun mengandung sejumlah bahan kimia, seperti asam nitrat (HNO3), urea (CON₂H₄), methanol (CH₃OH), RDX (O₂NNCH₂)₃, hingga hexamethylene triperoxide diamine (HMTD).
Tak hanya itu, bom tersebut pun mengandung bahan semacam racun bernama Abrin.
Baca: Sri Mulyani Irit Bicara Saat Ditanya Soal Kabinet Jilid II Usai Bertemu Jokowi
Hingga saat ini, kepolisian melalui Laboratorium Forensik Polri masih terus mendalami darimana kelompok teroris tersebut mendapatkan racun Abrin tersebut.
"High explosive semua. Kemudian ditambah juga bahan-bahan semacam racun. Racun dari hasil uji forensik bernama Abrin. Karakteristik berbahaya, dengan 0,7 mikrogram, racun dapat membunuh 100 orang," katanya.
Densus 88 Antiteror kembali mengamankan empat terduga teroris di dua lokasi berbeda yakni Cirebon dan Bandung.
Dengan ini, jumlah total terduga teroris yang diamankan menjadi 26 terduga teroris.
Baca: Ngabalin Tidak Yakin Akan Ditunjuk Jadi Menteri oleh Jokowi
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan dua terduga teroris yang berinisial S dan LT diamankan di Cirebon.
"Setelah melakukan penangkapan tiga orang atas nama RF, BA dan YF (sebelumnya), kemudian yang hari ini ditangkap oleh Densus 88 Antiteror atas nama S dan LT," ujar Dedi, di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (15/10/2019).
Dedi tak menjelaskan secara rinci peran S.
Namun LT disebutnya dipersiapkan sebagai bom bunuh diri suicide bomber.
Sasaran dari LT adalah Mako Polri dan tempat ibadah yang berada di Cirebon.
Dari kedua terduga teroris itu sejumlah barang bukti yang berhasil diamankan antara lain sepeda motor, handphone, beberapa kartu ATM, sajam, serta sejumlah buku kimia hingga buku terorisme.
Sementara di Bandung, mantan Wakapolda Kalimantan Tengah itu menuturkan dua terduga teroris berinisial DP dan MNA telah diamankan.
Baca: Terduga Teroris yang Ditangkap Densus 88 di Cirebon Diketahui Sering Berkomunikasi Dengan Narapiter
Selain itu, diamankan barang bukti beberapa pucuk air soft gun, kaos, pisau lipat, serta satu botol berisi cairan yang masih didalami.
"Kalau di JAD Cirebon dia (terduga teroris) menggunakan suicide bomber. Kalau JAD Bandung dia menggunakan serangan beberapa senjata tadi, ada angin, air soft gun, ada pisau, dan beberapa senjata tajam," tandasnya.
Penangkapan di Cirebon
Tim Densus 88 Antiteror Polri mengamankan sejumlah barang bukti dari terduga teroris berinisial S yang ditangkap di sekitaran Jalan Kanggraksan, Kota Cirebon, Senin (14/10/2019) malam.
Kapolres Cirebon Kota, AKBP Roland Ronaldy, mengatakan, S ditangkap sekira pukul 21.40 WIB.
"Ada beberapa barang bukti yang diamankan juga saat penangkapan S," ujar Roland Ronaldy saat ditemui di Mapolres Cirebon Kota, Jalan Veteran, Kota Cirebon, Selasa (15/10/2019).
Baca: Bukan Orang Sembarangan, Ini 7 Fakta Juria Hartmans, Model Cantik yang Dekat dengan Gading Marten
Baca: Risa Maharani, Desainer Muda Lulusan SMK yang Sukses Tampilkan Mode Busana Karyanya di Paris
Baca: Sandiaga Uno Resmi Kembali ke Gerindra
Ia mengatakan, barang bukti itu di antaranya satu unit sepeda motor dan mata uang Filipina.
Saat diamankan, menurut dia, sepeda motor tersebut sedang dikendarai S yang merupakan warga kawasan Pronggol, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
Sementara mata uang Filipina yang disita dari S yang diduga masuk jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) sebanyak 100 peso.
"Semuanya langsung dibawa oleh Densus 88 untuk pemeriksaan lebih lanjut," kata Roland Ronaldy.
Usai penangkapan S, petugas langsung menggeledah dua rumah sekaligus.
Di antaranya, rumah milik S dan rumah lainnya berada di kawasan Jalan Evakuasi, Kota Cirebon.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Mulai Motor hingga Mata Uang Filipina Disita dari Rumah Terduga Teroris di Kota Cirebon
Terduga teroris sering komunikasi dengan Napiter
Menurut Kapolres Cirebon Kota, AKBP Roland Ronaldy, S diduga sering berkomunikasi dengan narapidana teroris (napiter).
Namun, kata dia, napiter tersebut telah ditahan beberapa waktu lalu.
"Informasi itu didapat dari orang tua S saat penggeledahan berlangsung," ujar Roland Ronaldy saat ditemui di Mapolres Cirebon Kota, Jalan Veteran, Kota Cirebon, Selasa (15/10/2019).
Baca: Laga Khabib Nurmagomedov Lawan Tony Ferguson Diharapkan Digelar di New York
Ia mengatakan, rumah di Jalan Evakuasi, Kota Cirebon, yang juga digeledah Densus 88 merupakan milik napiter itu.
Karenanya, usai menggeledah rumah S di kawasan Pronggol, Kota Cirebon, petugas langsung menggeledah rumah napiter tersebut.
Namun, petugas belum menemukan barang bukti dari penggeledahan di dua rumah itu.
"Mengenai napiter itu kami belum tahu. Itu kewenangan Densus 88," kata Roland Ronaldy.
Penangkapan di Bandung, polisi sita senjata api laras panjang
Tim Densus 88 menangkap dua pria sekaligus menggeledah dua tempat tinggal di Kota Bandung, Senin (14/10/2019) malam.
Lokasi yang digeledah yakni di Komplek Grand Sharon Residence dan rumah kontrakan di Jalan Majahlega Kecamatan Rancasari, Kota Bandung.
Informasi yang dihimpun, dua pria tersebut berinisial Aas penghuni rumah di Komplek Grand Sharon dan Jj, mengontrak rumah di Jalan Majahlega.
Ketua RT 1 RW 12 Aam Rohiman yang membawahi rumah kontrakan di Jalan Majahlega, turut mendampingi polisi menggeledah rumah kontrakan
Hanya saja, ia tidak mengetahui persis sosok dan identitas yang tinggal di rumah kontrakan di Jalan Majahlega.
Baca: Polisi Temukan Golok dan Buku-buku Terkait Aksi Terorisme di Kediaman Terduga Teroris Wilayah Plered
Menurutnya pria itu ditangkap sekitar pukul 12.30 WIB.
"Kalau namanya yang disini saya enggak tahu persis tapi katanya pengembangan dari Antapani, ke Komplek Grand Sharon lalu kesini. Ditangkap sekitar pukul 12.30. Yang ditangkap disini aslinya bukan warga sini, tapi pendatang dan ngontrak disini," ujar Aam di kediamannya, Selasa (15/10/2019).
Saat penggeledahan, ia turut mendampingi polisi. Polisi menyita sejumlah barang di rumah kontrakan yang ditempati.
Dia turut jadi saksi penggeledahan tersebut bersama ketua RW.
Sejumlah barang yang ditemukan sempat dijajarkan di ruang tamu kontrakan.
"Penggeledahannya malam hari. Yang dibawa dua pistol, senjata laras panjang ada tiga disertai peredam dimasukan ke dua kantong. Pelurunya ada tiga dus setengah. Lalu ada pisau dan peralatan perang. Semuanya dibawa," ujar dia.
Menurutnya, sejumlah barang yang disita selain senjata api, juga ada sejumlah dokumen yang turut disita.
Baca: Tangis Penyesalan Istri Kopda BD Setelah Unggah Komentar Nyinyir Soal Penikaman Wiranto
"Ada beberapa buku masalah agama tauhid, ada buku pedoman untuk jihad seperti itu. Itu dibawa semua sama Densus 88 dimasukin ke kantong ada tiga," ujar Aam.
Kesaksian Aam, sesuai apa yang ia dengar dari polisi saat mendampingi penggeledahan dan penyitaan.
"Nah katanya itu terkait tanggal 20 Oktober 2019, saya dengar kata polisi Densus, katanya untuk menghalangi pelantikan presiden," ujar dia.
Tribun mengkonfirmasi ulang ihwal identitas pria yang kamarnya digeledah.
"Saya enggak tahu namanya karena disini baru empat hari. Dia enggak pernah gaul sama orang sini. Umurnya sekitar kisaran 26 atau 27 tahun dan kata polisi, yang disini itu anak buahnya yang di Grand Sharon, inisial Aas itu," ujar Aam
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.