Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

BNPB: 392 Juta Liter Air dan 272 Ribu Kg Garam Telah Digunakan untuk Atasi Karhutla

Berdasarkan catatannya, luas lahan terbakar di seluruh wilayah Indonesia mencapai 857 ribu hektar (ha) yang teridentifikasi dari Januari hingga

Penulis: Gita Irawan
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in BNPB: 392 Juta Liter Air dan 272 Ribu Kg Garam Telah Digunakan untuk Atasi Karhutla
BBC News Indonesia
Selama ratusan tahun kami menjaga hutan kami, hutan Kalimantan, tutur Sumarni Laman, perempuan (23) asli Dayak yang ikut terjun menjadi relawan pemadam kebakaran hutan dan lahan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah (18/9/2019). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berdasarkan data yang dihimpun BNPB, hingga kini (22/10) BNPB masih menyiagakan sejumlah helikopter untuk pengeboman air atau water-bombing maupun patroli untuk mengatasi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di sejumlah titik di Indonesia.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB Agus Wibowo mengatakan total air yang telah digunakan untuk water bombing di seluruh wilayah yang terdampak Karhutla mencapai 392 juta loter air.

Sedangkan total garam yang telah disemai untuk modifikasi cuaca sebanyak 272 ribu Kg.

"Total air untuk pengeboman air di seluruh wilayah mencapai 392 juta liter. Di samping pengeboman air, BNPB bersama BPPT dan TNI melakukan operasi udara berupa teknologi modifikasi cuaca (TMC) dengan menggunakan fixed-wing. Total garam yang telah disemai mencapai 272 ribu Kg," kata Agus dalam keterangannya pada Selasa (22/10/2019).

Baca: Didapuk Menteri Keuangan Lagi, Sri Mulyani Tercatat Tak Punya Kendaraan Pribadi

Berdasarkan catatannya, luas lahan terbakar di seluruh wilayah Indonesia mencapai 857 ribu hektar (ha) yang teridentifikasi dari Januari hingga September 2019.

Ia mengatalan, lebakaran hutan dan lahan (karhutla) tidak hanya terjadi di lahan gambut tetapi juga lahan mineral.

"Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat bahwa luas lahan gambut terbakar mencapai 227 ribu ha," kata Agus.

Berita Rekomendasi

Ia menjelaskan, karhutla di lahan gambut paling besar berada di di Kalimantan Tengah dengan luasan 76 ribu ha, sedangkan di lahan mineral terjadi di Nusa Tenggara Timur, seluas 119 ribu ha.

Ia mengatakan, karhutla di lahan mineral terjadi di seluruh provinsi di Indonesia dengan luasan terdampak yang terkecil di Provinsi Banten dengan 9 ha.

"Data KLHK mencatat luas karhutla dari Januari hingga September 2019 sebesar 857.756 ha dengan rincian lahan mineral 630.451 ha dan gambut 227.304 ha," kata Agus.

Berikut ini luasan lahan terdampak baik mineral dan gambut di beberapa provinsi yang sering terjadi karhutla setiap tahunnya:

Luas lahan terbakar di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) 134.227 ha, Kalimanan Barat (Kalbar) 127.462 ha, Kalimantan Selatan (Kalsel) 113.454 ha, Riau 75.871 ha, Sumatera Selatan (Sumsel) 52.716 ha dan Jambi 39.638 ha.

"Berdasarkan data KLHK, total luasan lahan hingga September 2019 ini lebih besar dibandingkan luasan karhutla dalam tiga tahun terakhir. Luas karhutla pada 2018 sebesar 510 ribu ha, sedangkan pada 2016 sebesar 438 ribu ha," kata Agus.

Sementara itu, ia mengatakan, berdasarkan data BNPB hari ini pada Selasa (22/10), pukul 08.00 WIB mencatat masih terjadi karhutla di sejumlah wilayah di Indonesia.

Ia mengatakan, titik panas atau hot spot teridentifikasi di enam provinsi yang menjadi perhatian BNPB, yaitu Sumsel 153 titik, Kalteng 44, Kalsel 23, Kalbar 5, dan Jambi 2.

"Data tersebut berdasarkan citra satelit modis-catalog lapan pada 24 jam terakhir. Masih adanya titik panas berpengaruh terhadap kualitas udara di wilayah terdampak. Data kualitas yang diukur dengan parameter PM 2,5 mengindikasikan kualitas pada tingkat baik hingga tidak sehat," kata Agus.

Ia pun merinci kualitas udara yang diukur dengan PM 2,5 di enam provinsi yakni Sumsel tidak sehat (136), Jambi tidak sehat (102), Kalteng tidak sehat (101), Kalsel tidak sehat (60), Riau sedang (27). Hanya Kalimantan Barat kualitas udara menunjukkan tingkat baik (5) meskipun terdapat titik panas.

"Selain keenam provinsi tersebut, kebakaran juga masih terjadi di kawasan pegunungan seperti Gunung Cikuray, Ungaran dan Arjuno-Welirang, dan Ringgit," kata Agus.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas