Bermula dari Aktivis HIV/AIDS untuk Perempuan, Nurul Arifin Kini Anteng di Dunia Politik
Perempuan yang kerap disapa Nurul Arifin ini mengungkap cerita bagaimana dirinya bisa terjun ke dunia politik.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Choirul Arifin
Tatkala itu, Nurul memilih masuk ke Komisi II DPR RI lantaran ingin mengaplikasikan ilmu politik yang diperolehnya saat studi di Universitas Indonesia.
Petualangannya kembali berlanjut, dimana perempuan kelahiran Bandung itu harus kembali merasakan kekalahan di tahun 2014. Namun, Nurul tak berdiam diri. Ia mengabdikan waktunya selama 5 tahun terakhir dengan menjadi staf khusus dari Ketua DPR RI kala itu. "Artinya keberadaan saya di politik tidak benar-benar tenggelam tapi tetap berkiprah," kata dia.
Baginya, konsistensi dan eksistensi seorang politisi sangatlah memiliki pengaruh. Satu hal yang dipelajarinya bahwa dalam politik yang terpenting adalah appeareance atau keberadaan.
Selain itu, politisi harus jeli dalam melihat peluang dan memanfaatkan semua pengalaman, bahkan dari kegagalan sekalipun.
"Ketika Anda ada terus, eksis terus, kemudian dedikasi, loyal juga, itu yang menjadi penilaian di partai. Jadi ada konsistensi, ada eksistensi. Itu penting, kalau kita sudah hilang, tenggelam, orang susah manggil kita. Itu yang harus dijaga."
"Saya running di Pilkada untuk Wali Kota Bandung, tapi kalah juga. Kemudian peluang itu tidak saya tinggalkan, tapi saya gunakan untuk modal maju di Pileg 2019. Saya bersyukur sekarang mampu jadi (wakil rakyat) lagi," pungkasnya.
Foto : Vincentius Jyestha
Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Golkar, Nurul Qomaril Arifin, saat diwawancarai di ruang kantornya, di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta Pusat, Rabu (30/10/2019).