Komisi V DPR Minta Konflik Garuda-Sriwijaya Tak Korbankan Pelayanan Publik
Lasarus minta kepada manajemen Garuda dan Sriwijaya untuk lebih mengutamakan kepentingan publik.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Komisi V DRP fraksi PDI Perjuangan Lasarus meminta konflik antara maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air tak mengorbankan hak-hak penumpang.
Menurutnya, konflik kedua maskapai tersebut telah menciptakan kondisi yang tidak sehat.
Sebab, kisruh tersebut menganggu pelayanan publik.
Baca: 15 Penerbangan Sriwijaya Air Dibatalkan, Ratusan Penumpang Terlantar
Baca: Maskapai Penerbangan Garuda-Sriwijaya Memanas: Rekening Diblokir, Penumpang Terlantar
Baca: Citilink Resmi Terbang dari Denpasar ke Perth dan Denpasar ke Kuala Lumpur
Baca: Sah Prabowo Subianto Ajukan 4 Nama Jadi Pendamping Anies Baswedan, Ahmad Dhani, PKS Bakal Gigit Jari
"Jelas ini udah enggak sehat, harusnya mereka sebagai perusahaan pelayanan publik apalagi Garuda ini Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dalam bisnisnya juga tidak harus semata-mata hanya memikirkan bisnisnya, kan ada pelayanan publik," kata Lasarus, Jumat (8/11/2019).
"Demikian juga Sriwijaya, seharusnya mengutamakan kepentingan masyarakat dalam hal ini penumpang sudah beli tiket, orang sudah mengatur perjalanan dan seterusnya," imbuhnya.
Karena itu, Lasarus minta kepada manajemen Garuda dan Sriwijaya untuk lebih mengutamakan kepentingan publik.
"Sebaiknya masalah bisnis antara keduanya tidak boleh mengganggu operasional penerbangan, mau bagimana ini masyarakat dirugikan," ujarnya.
Diberitakan sebelumya, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengumumkan Sriwijaya Air tak lagi menjadi bagian dari Garuda Indonesia Group.
Dalam keterangan yang diterima, Kamis (7/11/2019), Direktur Perawatan dan Service Garuda Indonesia Iwan Joeniarto mengatakan kondisi itu terjadi karena kesepakatan antara maskapai berpelat merah itu dan pemegang saham Sriwijaya Air itu kembaki menemui jalan buntu.
"Kami beritahukan status kerja sama antara managemen perseroan dengan PT Sriwijaya Air. Akibat beberapa hal, kedua belah pihak tak mencapai kesepatan," kata Iwan.
"Dengan berat hati kami umumkan bahwa Sriwijaya Air kini menjalani bisnisnya sendiri dan tak lagi menjadi bagian dari Garuda Indonesia group" tambahnya.
Menurut dia, hubungan antara Garuda dan Sriwijaya Air akan dikaji ulang secara business to business.
Imbas dari cerainya Garuda dan Sriwijaya, ratusan penumpang Sriwijaya air menumpuk di Terminal 2D Bandara Soekarno-Hatta pada Kamis (7/11/2019).
Senior Manager of Branch Communication & Legal Bandara Soekarno-Hatta, Febri Toga Simatupang mengatakan setidaknya ada 400 penumpang yang tertahan di Terminal 2D Bandara Soekarno-Hatta.
Menurutnya, penumpukan terjadi karena 11 penerbangan Maskapai Sriwijaya Air yang gagal terbang sejak pukul 09.00 WIB Kamis (7/11/2019) kemarin.