ILC TvOne, Budayawan Ridwan Saidi Beri Pesan untuk Politisi Muda: Jangan Asal Mangap!
Budayawan Betawi Ridwan Saidi mengatakan kepada politisi generasi muda untuk tidak sembarangan dan asal mangap.Harus bertanggung jawab dan belajar.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Budayawan Betawi Ridwan Saidi menyampaikan argumennya terkait polemik Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta saat hadir sebagai narasumber di Indonesia Lawyer Club (ILC), Selasa (12/11/2019).
Ridwan Saidi menyoroti kisruh anggaran DKI dengan mengkritik sistem acara ILC yang sudah berubah.
"Malam ini ILC mengubah sistem dari one man one vote, menjadi one man many vote. Sekian tahun saya mengikuti ILC, malam ini sistem ILC berubah. Alhamdulilah saya sempat mengalami," katanya.
Dilansir dari YouTube ILC, di kesempatan tersebut, Ridwan Saidi menyoroti hal - hal penting terkait slogan yang pernah Anies Baswedan usung di Pilkada DKI.
Baginya hal sangat penting terkait dai Maju Kotanya, Maju Warganya adalah kebahagiaan warga.
Baca : Ahok Diisukan Tempati Posisi Vital BUMN, Ini Harapan Staf Khusus Kementerian BUMN
Bahagia tersebut diukur dari keberadaan rumah yang menjadi ikon suatu masyrakat, yang mampu menampung sejarah masyarakat itu sendiri.
"Kenapa tidak dipikirkan ini? Hal yang sangat penting bahwa kami ini kan, 'Maju kotanya, bahagia warganya'. Sebagai orang Betawi saya belum bahagia," katanya.
Ridwan meminta agar pemerintah bersedia mengusahakan yang terbaik demi kebahagiaan masyarakatnya, dan tidak melupakan jati dirinya sebagai kota yang memiliki sejarah.
"Tolonglah diusahakan Pemda DKI untuk mencari rumah itu. Rumah yang masih berusia 1 abad. Dan itu tembokan, bukan dari gedek. Oke punya," tuturnya bercampur logat Betawi.
Ridwan kemudian melanjutkan dengan argumennya terkait isu - isu yang menerpan Anies Baswedan.
"Apakah sebenarnya Anies ini sedang di pengapakan?, Anis Baswesdan ini sedang di pengapakan? Anies Baswedan ini diprasangka, berencana untuk mengambil bagian di Pilpres 1924?," katanya.
Baca : Polemik APBD Jakarta dalam Analogi Ridwan Saidi: Ibarat Pohon Angsana hingga Bangunan Budaya
Namun, rupanya Ridwan salah mengucapkan tahun.
Hal tersebut pun terasa menyindir polemik yang sedang ramai diperbincangkan.
"Oiya ya salah ya ini, salah bicara, bukan salah anggaran," kata Ridwan yang lantas tertawa.
Budayawan tersebut mengaku salah bicara dan narasumber lain ikut tertawa dengan sindiran dari Budayawan Betawai tersebut.
"Saya salah bicara saja. Jadi 2024, (Anies) jadi dicurigai, diprasangkai akan maju. Dan dia belum bicara apa - apa," katanya.
Menurutnya, bila ada partai atau dari ketua umum partai memberikan dukungan untuk Anies, tidak mungkin dilarang.
"Mendukung ya mendukung, masa ya mau dilarang sama Pak Anies?," tuturnya.
Baca : Taufiqurrahman Soroti APBD DKI: 1 Tahun Pemda DKI Bakal Beli 7,2 Juta Penghapus, Masuk Akal Nggak?
Ridwan kembali menyinggung Anies yang sudah berjanji akan bekerja sebagai gubernur selama lima tahun penuh.
"Dia ucapkan akan bekerja 5 tahun penuh, sebagai gubernur. Dia tidak mau dilengserkan seperti bapak Ahok, yang dipuja-puja oleh bapak yang pakai baju batik (Yustinus Prastowo) ini. Karena itu memalukan," katanya.
Untuk diketahui, Yustinus Prastowo hadir sebagai narasumber di acara ILC tersebut mengenakan baju batik warna cokelat.
Ridwan menambahkan, pelengseran yang dialami Ahok memalukan sekaligus pasti ada kesalahan yang dilakukan.
"Bagaimanapun orang dijatuhkan itu kan tentu kan ada kesalahannya? Jadi ya dijatuhkankan, ya tidak terpegang lagi. Kan namanya jatuh?," ujarnya.
Mengingat analogi yang disampaikan sebelumnya oleh Ridwan Saidi terkait pohon angsana, Ahok diibaratkan pohon angsana yang ditebang agar Anies dapat menduduki kursi gubernur.
"Ya kan dia ingin maju, dia ditebang Anies. Dia (Ahok) jatuh. Ya kan mau bilang apa?," tuturnya.
Yustinus Prastowo kemudian memberikan tanggapan terhadap argumen Ridwan, kata Yustinus kekalahan demokrasi tidak ada masalah.
"Saya rasa kekalahan dalam demokrasi tidak ada masalah?," ujar Yustinus menanggapi Ridwan Saidi.
Baca : Isu Pemulangan Rizieq Shihab, Dirjen Imigrasi: Kami Mengikuti Kabar Habib Rizieq Lewat Media
Ridwan pun memberikan tanggapan kepada Yustinus.
"Iya nggak ada masalah, cuma jangan nangis lah," tuturnya menimpali.
Dari rangkaian argumen Ridwan, menurut Ridwan seseorang harus berterus terang dengan keberatan yang orang tersebut miliki.
"Untuk kedepannya, kalau kita hendak menaruh keberatan terhadap cita - cita politik seseorang, yang belum tentu dia bercita - cita itu. Katakanlah terus terang," tegasnya.
Dia memberikan perumpamaan melalui sindiran sarkas.
"Misalnya, 'saya ngak kepengen anis jadi presiden' kan tinggal gampang bicara begitu," jelasnya.
Baca : Menteri Keuangan Sri Mulyani Terbitkan 3 PMK Terkait Iuran BPJS Kesehatan
Anggaran DKI Jakarta
Ridwan kembali memberikan komentar terkait anggaran DKI Jakarta yang masih menjadi polemik seusai diunggah oleh politisi PSI William Aditya Sarana.
"Nggak usah mencemplaki kasus anggaran, kalau cara jawanya gitu," ujarnya.
Dia mengingatkan politisi lain untuk tidak mencampuri urusan anggaran.
"Jadi jangan ke situ jalannya, tadi bicara transparan - transparan di dalam politik juga bisa lebih terbuka. Bisa lebih terus terang, bisa berkata terus terang dengan cara - cara yang baik tentunya kan?," tegasnya.
Menurut Ridwan, teman yang dibahas ILC tersebut juga tidak lazim, karena membahas mengenai anggaran daerah.
Meski Ridwan tidak henti mengapresiasi Karni Ilyas dalam mengemas polemik tersebut.
"Malam ini sungguh berat materi yang dihidangkan oleh ILC menyangkut hal - hal yang tidak lazim kita bicarakan, yaitu anggaran. Nggak sederhana," tuturnya.
Baca : Teror Cairan Kimia Kembali Terulang, Kini Penjual Sayur Disiram Air Keras
Ridwan lantas menceritakan masa dia menduduki kursi DPR kepada hadirin di ILC.
"Waktu saya masuk pertama kali jadi anggota DPR, saya dipercaya untuk (posisi) Pimpinan Komisi APBD, saya tidak bicara ke publik. Saya belajar dulu," ujarnya.
Dia menuturkan takut salah ketika berada di kursi DPR.
Saat itu bermitra bersama Ali Wardhana, dan Widjojo Nitisastro.
"Karena mitra saya itu adalah Ali Wardhana, dan Widjojo Nitisastro. Saya takut salah," tuturnya.
Ridwan mengatakan meski usianya masih muda saat menjadi Anggota DPR Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, 1977-1982 dan 1982-1987 dia tidak sembarangan membuka mulut.
Baca : Menhan Prabowo Rapat Kerja Bersama Komisi I DPR RI, Sjarifuddin Hasan: Alutsista Rangking 35 Dunia
"Walaupun usia saya muda, bukan gara-gara muda kita sembarangan. Asal ngejeplak saja mulut. Asal mangap," katanya.
Dia menuturkan usia muda bukan berarti asal membuka suara, harus dipertanggungjawabkan.
"Ya orang muda nggak apa - apa deh mulutnya asal terbuka, nggak bisa begitu. Saya muda waktu saya pimpinan DPR. Saya nggak mau. Saya belajarin, saya diam, baru sudah satu tahun baru berani bicara, kita sudah tahu lika - liku anggaran," tegasnya.
Ridwan menutup argumennya untuk mengingatkan kepada generasi muda agar tidak bertindak sembarangan, terkait kepentingan publik.
"Jadilah orang muda yang benar, supaya kita nanti bisa jadi orang tua yang benar," tuturnya.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)