Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pascaledakan Bom Medan, Kemenhub Imbau Perketat Rekrutmen Ojol hingga Larang Atribut Dijual Bebas

Pascabom Medan, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengimbau ojek online untuk lebih memperketat rekrutmen dan tidak menjual atribut secara bebas.

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Muhammad Renald Shiftanto

TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengimbau penyedia jasa ojek online untuk lebih memperketat rekrutmen dan tidak menjual atribut secara bebas.

Hal tersebut diungkapkan pascaledakan bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, Sumatera Utara, (14/11/2019).

Diketahui, pelaku bom bunuh diri melakukan penyamaran sebagai ojek online dengan mengenakan atribut khasnya, jaket hitam kombinasi hijau.

Penyedia jasa ojek online diminta Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memperketat proses rekrutmen pengemudi ojek online.

Budi Karya saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (19/10/2019)
Budi Karya saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (19/10/2019) (Tribunnews.com/Apfia Tioconny Billy)

“Aplikator (penyedia jasa ojek online, -red) juga harus melakukan pemantauan terhadap anggotanya yang aktif karena biasanya kalau ada orang pihak yang berkegiatan kayak gitu (pengeboman) dia ada kelainan," ujarnya di Jakarta, Rabu (13/11/2019) dikutip Kompas.com.

Pihaknya berencana memanggil operator ojek online untuk meningkatkan kewaspadaan.

"Oleh karenanya kami akan panggil aplikator, mereka kami minta bikin SOP yang ketat,” kata Budi.

Berita Rekomendasi

Sementara itu Dirjen Perhubungan Darat, Budi Setiyadi meminta pendistribusian atribut ojek online tidak dijual bebas.

“Saya juga akan komunikasi dengan aplikator apakah mungkin penjualan atau pendistribusian (jaket ojol) akan dibatasi ke yang benar-benar berprofesi (sebagai mitra pengemudi ojek online),” ujar Budi di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Rabu (13/11/2019) dikutip dari Kompas.com.

Budi mengungkapkan dengan atribut ojek online yang dijual bebas, bisa digunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

"Sekarang kan gini, jaket itu bisa di mana-mana dijual bebas juga. Bisa juga itu sebagai bentuk penyamaran dia bahwa seolah-olah dia berprofesi itu dan dia bisa masuk ke mana-mana,” kata Budi.

Penangkapan 8 Orang Terkait Bom Bunuh Diri di Medan

Sementara itu Menko Polhukam Mahfud MD menyebut ada delapan orang yang ditangkap terkait bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan.

Melansir Kompas.com, hal itu disampaikan Mahfud setelah mendapat informasi dari Polri.

Menkopolhukam Mahfud MD di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (13/11/2019)
Menkopolhukam Mahfud MD di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (13/11/2019) (KOMPAS.com/Haryantipuspasari)

"Sudah, sudah dapat laporan dijelaskan Polri sudah ada yang ditangkap 8 (orang)," ujar Mahfud di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (14/11/2019).

Mahfud MD mengungkapkan pemerintah terus berupaya melakukan deradikalisasi untuk pencegahan aksi terorisme.

Selain dilakukan melalui deradikalisasi, ia menilai pemberantasan terorisme juga melalui jalur hukum dan diskusi kebudayaan.

"Kan deradikalisasi tidak sesederhana itu. Kalau tindakan melanggar hukum dibawa ke hukum. Kalau tindakan ideologis dibawa ke wacana. Kalau tindakan ujaran kebencian dibawa ke KUHP," lanjut dia.

Pendapat Pengamat

Pengamat Intelijen dan Keamanan Universitas Indonesia, Stanislaus Riyanta, menyebut aksi bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan terindikasi sebagai balas dendam atas kematian Pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi.

Hal tersebut diungkapkan Stanis dalam program Mata Najwa bertema 'Bom Bunuh Diri: Kenapa Lagi', Rabu (13/11/2019) malam yang disiarkan Trans 7.

Dikutip dari YouTube Najwa Shihab, Stanis menyebut fenomena bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan merujuk pada kelompok ISIS.

Stanislaus Riyanta
Stanislaus Riyanta (YouTube Najwa Shihab)

"Ini fenomena yang dilakukan ISIS. Kelompok radikal yang berafiliasi dengan ISIS, menganggap musuh mereka adalah polisi," ungkapnya.Stanis juga menyebut peredaan dengan kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaeda.

"Jadi ini berbeda dengan kelompok sebelumnya yang berafiliasi dengan Al-Qaeda yang menargetkan simbol-simbol Amerika," ujarnya.

Kejadian bom bunuh diri disebut sudah diprediksi pasca kematian Pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi.

"Kenapa ini terjadi, sebenarnya sudah diprediksi. Pasca kematian Abu Bakar Al Baghdadi, ini pasti akan memicu aksi balas dendam," ujarnya.

Ia menyebut terjadi pergeseran dari kelompok besar menjadi sel yang lebih kecil.

"Ada perbedaan model yang dulu kelompok besar berubah menjadi keluarga. Sudah terjadi di Surabaya, Sibolga dan terakhir Pak Wiranto, mereka keluarga," ucapnya.

Mengenai motif lokal aksi bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, ia menyebut kasus penyerangan Wiranto menjadi momentum.

"Ia melihat momentum penyerangan Pak Wiranto, namun dalam konteks ini kecenderungannya adalah balas dendam dari Abu Bakr al-Baghdadi," ujarnya.

Stanis menyebut aksi teror bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan beraksi secara tunggal.

"Pelaku memang belum diidentifikasi apakah dia kelompok atau tunggal. Tapi kalau dilihat sepertinya tunggal," ujarnya.

Ia menyebut pelaku tunggal lebih bahaya dari pada aksi berkelompok.

"Justru yang berbahaya adalah pelaku-pelaku tunggal. Ia tidak terdeteksi. Merencanakan sendiri, melakukan sendiri," ujarnya.

Menurutnya, aksi terorisme berkelompok memiliki potensi terpantau lebih besar dibandingkan aksi tunggal.

"Berbeda dengan kelompok, membangun komunikasi melalaui aplikasi percakapan, itu bisa dipantau. Akhir-akhir ini pelaku yang sukses melakukan aksi adalah alone wolf, atau sel-sel kecil dalam keluarga," ucapnya.

Stanis juga menyebut ada seruan dari Timur Tengah utuk melakukan aksi dalam lingkup lokal.

"Ada seruan dari Timur Tengah pada awal tahun kemarin terdesak, ada perintah untuk melakukan aksi amaliyah di daerahnya masing-masing," jelasnya.

(TRIBUNNEWS.COM/Wahyu Gilang Putranto) (Kompas.com/Akhdi Martin Pratama/Rakhmat Nur Hakim)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas