Sudah Lakukan Kajian Lama, LIPI Jelaskan Perbatasan Indonesia-Malaysia
(LIPI) menyatakan pihaknya sudah sejak lama memberikan perhatian yang cukup intens mengenai perbatasan dalam konteks sosial maupun aspek penduduknya.
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan pihaknya sudah sejak lama memberikan perhatian yang cukup intens mengenai perbatasan dalam konteks sosial maupun aspek penduduknya.
Termasuk, kata Kepala Pusat Penelitian Kewilayahan LIPI Ganewati Wuryandari, aspek ekonomi dan juga aspek politik dan sumber daya.
"Saya sendiri sudah terlibat dengan perbatasan sejak tahun 2006, banyak sekali buku-buku mengenai penelitian-penelitian yang dilakukan oleh LIPI mengenai perbatasan tidak hanya darat tapi juga laut," kata Ganewati dalam diskusi 'Apakabar Perbatasan Indonesia dan Malaysia' di Hotel Ibis Tamarin, Jakarta Pusat, Sabtu (16/11/2019).
Baca: LIPI: Masalah Batas Wilayah Harusnya Jadi Prioritas Pemerintah
Namun, kata Ganewati, pihaknya saat ini dengan para stakeholder cukup intens membahas perbatasan di Kalimantan dengan Malaysia yang dinilai wilayah lumayan berat.
Tak hanya itu, menurutnya juga dalam konteks perbatasan dari pandangan masyarakat antar dua negara tersebut. Memang narasi-narasi yang muncul itu kan sering kali seperti mendeskreditkan Malaysia.
"Jadi Malaysia selalu dijadikan sebagai sesuatu yang curang, persepsi yang terbentuk disini itu seperti itu, tapi kalau kita sendiri ke lapangan masalah-masalahnya itu sebetulnya tidak ada, mereka itu adalah dua masyarakat yang memang dari dulunya adalah satu kesamaan keturuan, dan praktik-praktik sosial budaya sudah ada sebelum negara itu ada," kata Ganewati.
Baca: Badan Informasi Geospasial Ungkap Ada 9 Titik Daerah OBP Indonesia-Malaysia
Namun, muncul persoalan adanya eksistensi negara Malaysia dengan batas politik yang sangat jelas. Kata Ganewati, ini yang terkadang menjadikan persoalan selanjutnya, seperti praktik-praktik yang sebelumnya sudah dilakukan kemudian tidak bisa di dalam konteks modern ini.
"Tetapi saya lihat bahwa dua negara ini sudah banyak sekali melakukan, artinya kita juga mengadopsi praktik-praktik lokal yang sudah ada, contohnya adalah dalam konteks keamanan itu kita kan di dalam setiap pos pos pengamanan perbatasan itu kan ada Satgas Tangkas baik yang ada di Indonesia atau Malaysia," katanya.
Baca: Sengkarut Batas Wilayah Indonesia-Malaysia di Pulau Sebatik Segera Rampung
"Mereka juga membuat inisiasi namanya pos gabungan, pos gabungan itu adalah komposisinya ada sebagian tentara di raja Malaysia yg ada di wilayah Indonesia turut menjaga perbatasan kedua negara, dan sebaliknya ada juga tentara kita yang di dalam pos satgas Tangkas Malaysia untuk menjaga perbatasan," pungkas Ganewati.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.