Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sukmawati Kembali Diduga Nistakan Agama, Pernah Menangis Minta Maaf Soal Puisi 'Ibu Indonesia'

Pada tahun 2018, Sukmawati pernah tersandung kasus dugaan penistaan agama melalui puisi yang dibacakannya.

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Garudea Prabawati

Laporan tersebut atas nama Imron Abidin, perwakilan dari Forum Pemuda Islam Bima.

Kuasa hukum pelapor, Dedi Junaedi mengungkapkan Sukmawati dilaporkan atas pernyataannya dalam sebuah forum diskusi.

"Ibu Sukmawati kan sedang mengadakan forum diskusi masalah radikalisme dan terorisme. Nah, ini beliau menyampaikan beberapa poin yang menurut kami perbuatan penistaan terhadap agama Islam," ujar Dedi.

Diketahui, forum diskusi tersebut tertanggal 11 November 2019.

"Kami ini keberatan terhadap pernyataan Ibu Sukma dalam diskusi tertanggal 11 November 2019 itu yang beredar lewat video di Youtube" lanjut dia.

Baca: Bereaksi Usai Dilaporkan karena Dianggap Lakukan Penistaan Agama, Atta Halilintar Sebut Soal Jahat

Dua poin laporan yang dilayangkan yaitu Sukmawati membandingkan Alquran dengan Pancasila, dan membandigkan Nabi Muhammad SAW dengan Soekarno.

Dikatakannya, pernyataan adik Megawati Soekarnoputri tersebut diduga melanggar pasal 156 a Jo pasal 28 ayat (2) terkait penodaan agama.

Berita Rekomendasi

Pihaknya juga telah menyerahkan bukti kepada kepolisian.

"Kami telah menyerahkan barang bukti berupa satu buah CD berisi video serta empat lembar print out screenshot," lanjut Dedi.

Penggalan pernyataan Sukmawati

Berikut pernyataan Sukmawati pada forum peringatan Hari Pahlawan 10 November.

"Kalau untuk merekrut yang namanya hijrah kek atau calon radikalis, katanya infonya, itu ditanya mana lebih bagus Pancasila sama Alquran.

Sekarang saya mau tanya, yang berjuang di abad 20 itu nabi yang mulia Muhammad atau insinyur Soekarno? Untuk kemerdekaan Indonesia.

Baca: Reaksi PWNU Jatim Soal Sukmawati Bandingkan Soekarno & Nabi Muhammad, Sampai Sebut Akal Sehat

Saya mau tanya, jangan perempuan, kan kaum radikalisme kebanyakan laki-laki ya," ucapnya.

Saat itu, mahasiswa UIN Jakarta bernama Maulana berusaha menjawab.

"Memang benar pada saat awal abad ke-20 itu yang berjuang adalah insinyur Soekarno ...," kata Maulana

Belum sempat melanjutkan, Sukmawati langsung memberhentikan pernyataan mahasiswa tersebut.

"Oke, stop. Hanya itu yang Ibu mau tanya," potongnya.

(TRIBUNNEWS.COM/Wahyu Gilang Putranto) (Kompas.com/Dian Erika Nugraheny/Sherly Puspita/Setyo Adi Nugroho/Kristian Erdianto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas