Klarifikasi Sukmawati soal Tuduhan Penistaan Agama: Bukan Saya yang Mengarang Pertanyaan Itu
Sukmawati Sokearnoputri mengklarifikasi adanya tuduhan menyangkut dirinya melakukan penistaan agama. Ia mengatakan ada pihak yang mengedit videonya.
Penulis: Nidaul 'Urwatul Wutsqa
Editor: bunga pradipta p
TRIBUNNEWS.COM - Putri poklamator Presiden RI pertama, Sukmawati Soekarnoputri diduga melakukan tidakan penistaan agama, kini ia memberikan klarifikasi terhadap kasusnya.
Sukmawati mengungkapkan, ia merasa dirugikan lantaran video pidatonya diedit dan diviralkan, sehingga mengakibatkan salah tafsir di kalangan publik.
Pihak yang mengedit videonya itu, ia menduga adalah salah satu media daring.
"Setelah itu perhatikan dan ibu amati, bahwa saya merasa dirugikan oleh media online yang mempunyai pemikiran usil, tangan-tangan jahil, untuk merubah kata-kata saya dan juga mengedit kata-kata saya," ujar putri pertama Ir. Soekarno tersebut.
Dirinya membenarkan ada media yang telah mengedit pidatonya, sehingga membuat tafsiran publik berbeda dengan apa yang ia sampaikan.
"Dan itu mengecohkan semua masyarakat Indonesia seolah-olah begitulah yang Ibu Sukmawati katakan," ujarnya dalam wawancara bersama Aiman di KompasTV pada Senin (18/11/2019).
Tetapi, ia tak begitu tahu lebih jauh media yang mengedit video pidatonya itu.
"Saya kurang tahu ya, seinget saya itu Suara Nasional apa gitu... saya nggak tahu," ungkapnya.
Menurutnya, viralnya kejadian ini berawal dari nama media online yang ia sebutkan.
"Awalnya dari situ, saya sampai mencatat bahwa itu judulnya Suara Nasional. Itu yang diedit adalah, kata-kata saya, kalimat saya yang kemudian dieditnya menjadi 'Mana lebih bagus, Alquran dengan Pancasila'," jelasnya.
Ia keberatan sebab ada permulaan sebelum dirinya menyampaikan pertanyaannya tersebut.
Ia juga tidak terima jika pidatonya dipotong sedemikian rupa, sehingga menghilangkan makna dan maksud sesungguhnya.
Sukmawati mengatakan, apa yang ia ucapkan tak lain adalah contoh dari ucapan para perekrut calon-calon radikalis dan teroris.
"Jadi saya bercerita bahwa saya mendapatkan info, kalau cara untuk merekrut radikalis atau teroris itu salah satu pertanyaannya demikian," bebernya menerangkan.