Mahfud Tak Mau Lagi Gunakan Istilah Deradikalisasi
Mahfud mengaku pembahasan soal deradikalisasi juga selalu dibicarakannya saat bertemu dengan tokoh-tokoh lintas agama dan organisasi kemasyarakatan
Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menko Polhukam Mahfud MD membahas upaya deradikalisasi bersama pendakwah asal Pekalongan, Jawa Tengah Habib Luthfi bin Yahya di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat (22/11/2019).
Mahfud mengaku pembahasan soal deradikalisasi juga selalu dibicarakannya saat bertemu dengan tokoh-tokoh lintas agama dan organisasi kemasyarakatan (ormas) lainnya.
Ia mengaku tak mau lagi menggunakan istilah tersebut.
“Selain bertemu Habib Luthfi saya sudah dan akan terus bertemu tokoh lintas agama dan ormas, besok saya akan memberi kuliah di Pondok Pesantren Tebu Ireng. Bicara deradikalisasi pasti, dalam rangka tak usah menyebut istilah itu lagi yang penting substansinya membuat negara aman, kokoh, bersatu, dan berdaulat.”
Baca: Curhat Kena PHP Sejak Era SBY Hingga Jokowi, Mahfud MD: Tidak Sakit Hati, Sebab Itu Untuk Bersabar
“Tak boleh ada lagi pertentangan yang membahayakan negara,” tegas Mahfud usai pertemuan.
Sementara itu Habib Luthfi mengaku datang menemui Mahfud MD untuk mengundang mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut hadir dalam peringatan maulid Nabi Muhammad SAW di Pekalongan.
Habib Luthfi mengatakan peringatan maulid di Pekalongan itu juga dalam rangka memperingati hari pahlawan yang jatuh pada 10 November 2019 kemarin.
Baca: Mahfud MD: Saya Bukan Orang Hebat, Nembak Saja Tak Bisa
“Acara tersebut tak sekadar peringatan maulid, tapi juga sebagai ucapan terima kasih kepada para pahlawan atas perjuangannya memerdekakan bangsa ini. Sebesar apapun harta yang kita korbankan sekarang tak akan cukup membayar jasa para pahlawan yang sudah mengorbankan darahnya.”
“Oleh karena itu yang bisa kita lakukan hanya ucapkan terima kasih dan jangan mengecewakan para pendiri bangsa dan para pahlawan,” tegasnya.
Lebih lanjut Habib Luthfi berharap radikalisme bisa dihentikan dalam rangka memajukan bangsa dan berkontribusi menjawab tantangan global.
“Masa kita mau ribut terus, sementara negara lain sudah maju luar biasa. Mari kita bahu membahu menjawab tantangan internasional bahwa Indonesia kaya dan Indonesia jaya,” pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.