Said Didu Sebut 5 Persoalan Besar Pertamina hingga 4 Tugas Ahok, Supaya BTP Ada Manfaatnya
Kementerian BUMN mempunyai misi untuk memberantas mafia migas di Indonesia. Said Didu menyebutkan 5 persoalan besar Pertamina dan tugas Komut Ahok.
Penulis: Nidaul 'Urwatul Wutsqa
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Mantan Sekretaris Kementerian BUMN M. Said Didu memberikan tanggapan soal cara memberantas mafia migas di Pertamina yang merupakan tugas Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (Akoh).
Said Didu mengungkapkan senang atas adanya presiden dan menteri BUMN yang saling sepakat membahas mafia migas.
Dirinya mengaku mendalami mafia migas bermula dari kasus Papa Minta Saham.
Menurutnya mafia migas, mafia tambang, dan mafia proyek lainnya adalah nyata keberadaannya.
Dirinya setuju dan mendukung jika Menteri BUMN Erick Tohir bersama Ahok tersebut mempunyai misi untuk serius memberantas mafia migas di Indonesia.
Namun, dirinya juga mengatakan jika Ahok gagal dalam misinya maka Ahok pun merupakan bagian dari mafia itu sendiri.
Alasannya, pastinya Ahok nantinya akan bisa membuat regulasi yang melindungi mafia, sebab cara bermain mafia ada di dalam regulasi dan tidak pada perusahaannya, juga tidak dengan melawan hukum.
Menurut Said Didu dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) TVOne, Selasa (26/11/2019) mengatakan semua peraturan harus transparan, didiskusikan, dan mengawasi mafia.
"Bikin semua aturan itu transparan. Semuanya didiskusikan. Dan kalau itu dilakukan itu mafia juga sudah malas juga mikir-mikir. Kedua adalah para penguasa ini jauh-jauhlah dari mafia. Nanti kita awasi juga mafianya kalau perlu," ungkap Said Didu.
Ia mengatakan Ahok akan mampu memberantas mafia migas jika ia tidak sendiri.
Alasannya mafia migas merupakan jaringan, maka menurut Said Didu tidak mungkin berhasil jika Ahok melakukan sendiri.
"Jadi sekarang, apakah Ahok mau dan mampu memberantas mafia?"
"Saya kalau memang Ahok sudah berubah? Mungkin mau. Apakah mampu? Saya yakin nggak mampu kalau hanya Ahok. Karena mafia ini ada di kekuasaan dan di sekitar kekuasaan dan betul-betul mempengaruhi kebanyakan publik," ungkapnya.
Said Didu menyatakan Ahok akan gagal jika dirinya tidak berubah dalam cara kepemimpinannya.
"Apa syarat Ahok bisa melakukan itu? Ahok harus berubah. Kalau cara memimpin DKI digunakan memimpin Pertamina, saya nyatakan pasti gagal. Karena itu good goverment, good coorporate goverment itu harus betul-betul dijaga di perusahan."
Presiden Manusia Merdeka tersebut juga mengisahkan pengalamannya saat masih menjadi Sekretaris Kementerian BUMN.
Ia bercerita pernah diusir dari dalam ruang oleh salah satu menteri lantaran dirinya mengkritisi perhitungan subsidi migas yang tidak memakai 3 (tiga) spot minyak agar terjadi persaingan.
"Jam 1 malam saya diusir oleh salah satu menteri untuk keluar dari pembahasan itu. 'Saya minta Said Didu keluar!' Saya bilang 'Oke, sebelum saya keluar saya rekam, mohon direkam', saya protes cara penentuan morf seperti ini karena ini adalah menghidupkan mafia. Nah, saya keluar itu jam 1 malam karena saya nggak mau ngalah sama sekali bahwa ini tidak bisa dilakukan karena diatur sedemikian rupa," kisahnya mengungkap.
Mantan Komisaris PT Bukit Asam itu pun juga memberi masukan kepada Arya Sinulingga Staf Khusus Menteri BUMN yang turut hadir dalam acara tersebut.
Said Didu meminta agar Ahok bisa diberikan tugas-tugas yang berat.
"Saya berharap Bung Arya nanti jangan kasih tugas yang gampang-gampang ke Ahok. Berat sekali Bang ini kalau kontroversinya kalau tugasnya gampang, yang berat dong kasihnya. Apa tugas Ahok?"
Lebih lanjut ia menerangkan adanya beberapa persoalan besar Pertamina yang selalu menjadi permasalahan hingga kini.
Adapun 5 (lima) persoalan yang disebutkan Said Didu telah dirangkum Tribunnews, berikut penjabarannya:
Pertama, Pertamina mempunyai hutang besar, sehingga cash flow terganggu, dan akhirnya membuat solar mulai agak langka.
Kedua, adanya mafia migas yang masih berkeliaran di dalam regulasi Pertamina.
Ketiga, terdapat mafia investasi.
Keempat, penugasan pemerintah yang merugikan Pertamina.
Kelima, adanya sikap yang selalu impor migas.
Said Didu juga tampak menolak adanya pernyataan yang menyebutkan bahwa karena Indonesia tidak memiliki krut maka tidak bisa membangun kilang.
"Singapura tidak punya krut, tidak punya pasar. Tapi salah satu kilang terbesar di dunia ada di Singapur. Jadi logika yang kita pakai bahwa ada 3 hal yang perlu kita mandiri. Pangan, energi, dan air."
"Singapura nggak punya kilang, nggak krut, nggak punya pasar, tapi bangun kilang. Jadi rasionalitas jangan ditutup. Karena terus terang yang menghadang investasi kilang ini adalah mafia migas. Dari dulu!" pungkasnya menjelaskan.
Dirinya juga menyampaikan adanya sikap pemerintah yang setelah membayar hutang maka belanjut berhutang kembali.
Hal ini membuat pemerintah tidak pernah berhutang kurang dari 50 triliun.
"Penugasan pemerintah tahun lalu itu 41 triliun ruginya pemerintah, utang pemerintah ke Pertamina itu tidak pernah kurang dari 50 triliun.
Sementara itu, melihat pentingnya peran Komisaris Utama di Pertamina, Sadi Didu menyebutkan tugas Ahok harus jelas dan terarah.
Menurut Said Didu, Ahok harus bertugas memantau dan mengawasi ke 4 (empat) tempat, salah satunya ke Istana negara.
"Tugasnya ahok kira-kira di 4 kantor. Pertama ke Istana, untuk melindungi Pertamina Pak Presiden, jangan berikan penugasan kepada Pertamina yang membebankan Pertamina. Kedua, di kementerian ESDEM supaya aturan-aturan di kementerian ESDEM itu jangan seperti sekarang, seperti sebelumnya," ujarnya.
"Tugas ketiga Ahok adalah ke DPR. Keempat adalah ke kementerian keuangan. Ke kemterian keuangan adalah 'Hey bayar utang kau cepat ke Pertamina!' sambungnya dengan tegas.
Ia pun mengimbau pada pihak kementerian BUMN termasuk Arya salah satunya agar Ahok tidak diberi tugas ringan layaknya ketua kelas.
"Itulah kira-kira tugas Ahok, karena kan dia tokoh. Jangan kasih tugas cuma ketua kelas. Bukan. kalau kasih ketua kelas itu cuma ngatur-ngatur aja."
"Supaya Ahok ada manfaatnya daripada energi bangsa dihabiskan seperti ini."
Pihaknya juga mengajak agar bersama-sama dalam mendukung dan memberantas mafia migas.
Ia sepintas mengisahkan kembali keberaniannya dalam melawan keganjalan dengan sikap kritisnya.
Karena itulah dirinya pernah akan ditembak karena menentang beberapa regulasi atau kebijakan yang tidak sesuai.
"Saya sangat senang kalau sudah sepakat semua mafia minyak, investasi migas ini digeser dan dilawan. Kita lawan sama-sama . Nggak papa. Saya udah pernah, mohon maaf pernah ditembak gara-gara mau melawan itu. Nggak papa itu biasa-biasa aja lah. Allah melindungi kita," kata Said Didu. (*)
(Tribunnews.com/Nidual 'Urwatul Wutsqa)