Awal Jadi Dirut Garuda, Ari Askhara Berniat Bahagiakan Karyawan
Ari Askhara memiliki niat untuk membahagiakan pegawai Garuda Indonesia pada awal penunjukannya sebagai Dirut Garuda, kini dipecat oleh Menteri BUMN.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
Absensi dengan Ponsel
Ari juga memiliki kebijakan mengenai absensi kehadiran.
Ia tidak mengharuskan absen menggunakan tanda tangan maupun sidik jari.
"Cukup dengan ponsel. Bahkan, tahun depan, karyawan tidak perlu absen. Yang penting produktivitas," jelas Ari Askhara.
Komputer Perusahaan Bisa Dibeli Karyawan
Pada saat kepemimpinannya, karyawan Pelindo III diberikan keistimewaan.
Aset perusahaan berupa komputer, bisa menjadi hak milik karyawan setelah dipakai dua tahun dengan harga miring.
"Kami juga mengizinkan komputer untuk bekerja boleh dimiliki karyawan setelah dua tahun hanya dengan mencicil sebesar 30 persen dari harga beli komputer."
Dengan cara seperti itu, perusahaan bisa menghemat cukup besar," papar Ari.
Ari Askhara menilai biaya untuk penyewaan dan perawatan komputer mencapai Rp 20 miliar.
Dengan kebijakan membolehkan karyawan memiliki komputer kantor, biaya yang dikeluarkan perusahaan hanya Rp 11 miliar.
Akhir Karir
Namun, niat Ari Askhara membahagiakan karyawan Garuda Indonesia belum terbukti sepenuhnya.
Seusai Menteri BUMN Erick Thohir mencopotnya dari posisi Dirut Garuda, sejumlah karyawan Garuda pun justru memberikan dukungan.
Di antaranya adalah karyawan yang tergabung dalam Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (IKAGI).
Dikutip dari Kompas.com, Ketua IKAGI, Zaenal Muttaqin sangat mendukung respons Erick Thohir memberhentikan Ari Ashkara dari posisi Dirut Garuda.
"Jadi kami sangat mendukung respons cepat Pak Erick yang telah memecat Ari Askhara terkait kasus penyelundupan Harley Davidson," pungkasnya.
Selama kepemimpinan Ari Ashkara, Ikagi menilai banyak dirugikan.
Hal itu terkait kebijakan-kebijakan yang diambilnya.
Zaenal mengungkapkan beberapa kebijakan yang merugikan di antaranya Ari Ashkara mengubah rute penerbangan Jakarta-Amsterdam menjadi Bali-Medan-Amsterdam.
Akibatnya, awak kabin harus bekarja lebih lama.
"Tentang pengalihan rute, itu merugikan awak kami karena perjalanan lebih panjang sehingga jam kerja kami melebihi batas wajar. Itu malah hampir 19 jam lebih perjalanan kita," katanya.
Alasan pemindahan pun tidak secara jelas diketahui.
"Jadi saya juga enggak tahu kenapa, kenapa dialihkan penerbangan jadi Denpasar ke Kualanamu dan baru ke Amsterdam. Saya tidak tahu seperti apa, apa alasan Pak Ari yang mendasar sehingga melakukan pengalihan," ungkap dia.
Selain itu, Zaenal juga mengungkapkan beberapa kebijakan kontroversial Ari Ashkara.
Mulai dari pemalsuan laporan keuangan, suguhan live music akustik di pesawat, larangan foto dan video di pesawat, hingga penyelundupan Harley.
(TRIBUNNEWS.COM/Wahyu Gilang P) (Kompas.com/Muhammad Idris/Fika Nurul Ulya)