Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Refly Harun Curiga Rangkap Jabatan Direksi di Anak Usaha BUMN untuk Tambah Pendapatan

Refly Harun menduga ada upaya untuk menambah pendapatan dari rangkap jabatan direksi perusahaan BUMN di anak usahanya.

Penulis: Nuryanti
Editor: Fathul Amanah
zoom-in Refly Harun Curiga Rangkap Jabatan Direksi di Anak Usaha BUMN untuk Tambah Pendapatan
Tribunnews.com/ Danang Triatmojo
Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun 

TRIBUNNEWS.COM - Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun setuju jika rangkap jabatan di perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibatasi.

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir telah mengeluarkan Keputusan Menteri (Kepmen) BUMN Nomor SK-315/MBU/12/2019, pada Kamis (12/12/2019) lalu.

Dalam aturan tersebut, Erick meminta pendirian anak perusahaan dan perusahaan patungan dihentikan untuk sementara.

Sehingga, Refly Harun menduga ada upaya untuk menambah pendapatan dari rangkap jabatan tersebut.

"Saya sebenarnya setuju kalau ini dibatasi," ujar Refly Harun di Studio Menara Kompas, Minggu (15/12/2019) dikutip dari YouTube Kompas TV.

"Saya kadang-kadang curiga juga, ini pintu samping bahkan pintu belakang untuk menambah pendapatan," jelasnya.

Refly Harun mengungkapkan, dari rangkap jabatan yang dilakukan oleh direksi perusahaan induk, dengan menjadi komisaris di anak perusahaan, maka direksi mendapat tambahan pendapatan sebesar 30%.

BERITA REKOMENDASI

"Jadi pendapatan direksi itu bertambah 30%," ungkapnya.

"Jika total pendapatan dia sebagai direksi Rp 200 juta, maka sebagai komisaris di anak perusahaan berapapun jumlahnya, dia akan mendapat 30% saja," jelas Refly.

Refly Harun
Refly Harun (Danang Triatmojo/Tribunnews.com)

Refly kemudian menyinggung pemilihan Ahok dan Chandra Hamzah menjadi komisaris utama perusahaan BUMN.

Menurutnya, pemilihan kedua sosok itu bertujuan untuk memperkuat peran komisaris di perusahaan induk.

"Saya setuju misalnya Ahok dipanggil, Chandra Hamzah dipanggil, itu memberikan penguatan pada komisaris," katanya.


Ia menyebut para direksi perusahaan BUMN sebelumnya menyalahgunakan wewenang dan mengabaikan komisaris.

"Karena selama ini kadang-kadang direksi 'kemaki' juga," katanya.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas