Juliari Batubara, Menteri yang Antibaper: Kalau Saya Kerja Tak Benar Partai Kena Dampaknya
Walaupun tidak terlalu sering bertemu, tapi saya juga berhubungan dengan beliau ketika menjabat Gubernur DKI Jakarta.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Musim penghujan telah tiba. Banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung merupakan bencana alam yang biasa menyertai musim penghujan. Tak pelak Kementerian sosial merupakan instansi yang paling berkepentingan terhadap kondisi tersebut.
"Kami (Kementerian Sosial) sudah terbiasa mengurus hal-hal seperti itu (korban bencana alam)," ujar Menteri Sosial Juliara Batubara kepada tim wawancara eksklusif Tribunnews Network, di kantor Kementerian Sosial, Jakarta, Selasa (17/12/2019) lalu.
Kader PDI Perjuangan itu menngaku tak pernah memiliki ekspektasi tinggi (muluk-muluk), yang penting kerja keras. ""Saya ini orang yang tidak punya ekspektasi (harapan) tinggi‑tinggi. Kalau tak tercapai nanti stres dan baperan," kata Ari, panggilan akrab Juliari Batubara.
Berikut petikan wawancara Tribunnews Network dengan Juliari Peter Batubara:
Bagaimana awal mula Anda ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi menteri sosial?
Awalnya saya mendapat informasi dari pimpinan partai bahwa nama saya diajukan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi calon menteri. Pada waktu itu saya diminta siap‑siap.
Saya ini orang yang tidak punya ekspektasi tinggi‑tinggi. Saya penganut filosofi kerja keras namun ekspektasi biasa‑biasa saja. Karena kalau ekspektasi terlalu tinggi dan tidak tercapai stres dan jadi baperan (terbawa perasaan).
Saya tidak mau jadi orang politik yang baperan. Dalam pikiran saya, kalau memang saya cocok menjadi pembantu beliau (Presiden Jokowi), ya saya pasti diajak. Dalam dunia politik itu jangan terlalu serius, tidak boleh baperan. Jangan sampai tidak dikasih jabatan murung, lalu keluar dari partai.
Waktu itu Anda membayangkan mendapat tugas di kementerian apa?
Waktu saya ditelepon, pimpinan partai menyampaikan PDI Perjuangan mengusulkan nama‑nama calon menteri dan kementeriannya, jadi tidak keluar dari situ (daftar yang diajukan PDI Perjuangan)
Saya kan sudah cukup mengenal Pak Joko Widodo sejak lama ya. Dari zaman beliau masih Wali Kota Solo. Walaupun tidak terlalu sering bertemu, tapi saya juga berhubungan dengan beliau ketika menjabat Gubernur DKI Jakarta.
Baca: Juliari Batubara: Pengendalian Utama Korupsi Itu Diri Sendiri
Ketika dipanggil ke Istana menjelang pengumuman anggota kabinet, saya tidak terlalu lama diajak ngobrol oleh Pak Jokowi. Intinya Pak Presiden Jokowi minta saya membantu beliau di Kementerian Sosial.
Memang, saya tidak ada background mengenai sosial. Dulu saya pengusaha kemudian masuk Komisi VI (perindustrian dan perdagangan) dan Komisi XI (kesehatan dan ketenagakerjaan). Jadi urusannya lebih banyak ke urusan ekonomi.
Baca: Presiden Jokowi Berpesan Agar Para Menteri Tak Korupsi, Mensos: Jangan Serakah
Ada pesan khusus dari Presiden Jokowi?
Tidak juga. Beliau hanya bilang begini, "Mas Ari tolong perhatikan benar soal eksekusinya (pelaksanaan program) sehingga tepat sasaran. Sudah itu saja. Pak Presiden orangnya tidak bertele‑tele, tidak muter‑muter.
Apakah ada pesan khusus dari Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan?
Ya pesan khususnya jadilah menteri yang benar. Begitu saja. Orang tahu saya kader PDI Perjuangan, lha kalau saya bekerja tidak benar partai ikut terkena dampaknya. Bu Mega (Megawati Soekarnoputri) itu orangnya simple, tidak terlalu njlimet.
Bagaimana melaksanakan perintah Presiden agar jangan korupsi?
Saya kira memang harus dimulai dari diri sendiri. Menurut saya korupsi dipicu oleh keserakahan. Secanggih apapun sistem pengawasan biasanya ada saja celahnya.