Angkie Yudistia: Pak Jokowi itu Humble
Presiden tanya latar belakang pendidikannya apa. Apa yang sedang dikerjakan
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Rachmat Hidayat

Terus akhirnya kita ngobrol biasa. Waktu itu pertama kali ke istana.
Baca: Jadi Stafsus Presiden, Angkie Yudistia Mengaku Banyak PR
Sosok Presiden Jokowi di mata Anda?
Saat kita meeting pertama dan kunjungan pertama, Pak Jokowi itu humble karena di saat ada isu yang terjadi di antara kita Pak Presiden tidak pernah men-judge atau mengarahkan.
Justru Pak Presiden bilang sama kita jangan pernah kapok.
Baca: Maukah Undur Diri Jika Miliki Idealisme Bertentangan dengan Jokowi, Stafsus: Jangankan Undur Diri
Dengan pekerjaan yang kita lakukan. Jadi lanjutin saja. Aku yang pertama kali mendapat arahan yang seperti itu. Saya merasa terkesima, kita jadi merasa ketika kita melakukan kesalahan adalah di mana kita jadi belajar.
Awalnya merasa kagok, kita jadi merasa inilah passion kita. kita jalanin aja. Ketika kita salah, kita akan menemukan solusi-solusinya.

Ketika kunjungan kerja, kita tahu bahwa ada banyak jalan yang ditempuh oleh rombongan presiden. Lebih cepat menuju lokasi kunjungan kerja. Tapi kita melewati daerah-daerah warga.
Dan aku melihat antusiasme warga menyambut rombongan presiden itu sangat interest antusiasnya.
Saya merasa oh mungkin saya yang orang baru masuk pun merasa terkesima, oh mungkin saat ini programnya sangat pro rakyat.
Sehingga rakyat-rakyat yang di daerah itu mereka happy banget menunggu pakai seragam, mengibarkan bendera merah putih, saya yang anak baru di situ merasa wow ternyata warga-warga di daerah antusias menunggu presiden lewat.
Seperti apa suasana meeting pertama dengan Presiden Jokowi?
Disaat meeting, semua membuat laporan. Saya tipikal yang observasi, saya melihat dengan pandangan mata karena tidak bisa mendengar.
Saya memaksimalkan mata, dan memilih untuk duduk di belakang. Dan yang lain laporan, kalau dibilang apakah saya bisa mengikuti ritme saat meeting itu, tidak.
Karena saya harus pakai alat bantu pendengaran. Bukan pengganti pendengaran. Jadi saya harus tetap melihat gerakan bibir untuk bisa berkomunikasi.