Gandeng 18 Perusahaan Swasta untuk Program B30, Erick Thohir: Tak Mungkin Kita Bekerja Sama Sendiri
Erick Thohir menyampaikan, peluncuran implementasi Biodiesel 30 persen atau B30 atas kerja sama banyak pihak.
Penulis: Nuryanti
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir menyampaikan, peluncuran implementasi Biodiesel 30 persen atau B30 atas kerja sama banyak pihak.
Diketahui, program B30 ini sudah diresmikan di SPBU Pertamina Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, Senin (23/12/2019).
Erick mengatakan, program B30 tidak akan bisa berjalan tanpa peran perusahaan swasta.
"Ya tidak mungkin kita bekerja sama sendiri," ujar Erick Thohir di SPBU Pertamina Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, Senin (23/12/2019), dikutip dari YouTube Kompas TV.
Ia berujar, ada 18 perusahaan swasta yang turut membantu Pertamina menjalankan program B30.
"B30 ini tidak akan berjalan tanpa peran swasta, ada 18 perusahaan yang bekerja sama," jelasnya.
Kerja sama antara Pertamina dengan 18 perusahaan swasta ini menurutnya demi kepentingan nasional.
"Untuk kepentingan nasional, Pertamina dengan swasta bekerja sama melakukan B30 ini," katanya.
Erick juga menyinggung mengenai kepemilikan SPBU di berbagai tempat yang tidak semuanya dimiliki oleh Pertamina, namun ada juga yang milik perseorangan.
"Pom bensin ini tidak semua milik Pertamina, banyak juga milik individu," imbuh Erick.
Diresmikan Presiden Jokowi
Program B30 tersebut diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri BUMN Erick Thohir, Dirut Pertamina Nicke Widyawati, serta Komisaris Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Jokowi mengingatkan agar Indonesia tak lagi mengimpor minyak dan gas (migas).
Tak hanya itu, Jokowi menyatakan, pemerintah akan terus meningkatkan program energi baru terbarukan sampai B100.
"Saya mengingatkan bahwa kunci keberhasilan implementasi program B30 maupun nantinya menuju ke B100," ujar Jokowi di SPBU Pertamina Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, Senin (23/12/2019), dikutip dari YouTube Kompas TV.
"Apakah kita mau keluar dari rezim impor atau tidak? Jangan-jangan masih ada di antara kita yang suka impor BBM," jelasnya.
Jokowi meminta para menterinya dan Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, untuk terus mengawal program peningkatan energi terbarukan itu.
"Ada menteri dan Dirut Pertamina nanti masuk untuk tahun depan ke B40 dan awal 2021 juga masuk ke B50," ungkapnya.
Alasan Peluncuran B30
Jokowi juga menyebut ada tiga alasan mengapa B30 diluncurkan.
Alasan pertama menurut Jokowi, Indonesia perlu mencari energi baru terbarukan, agar tidak lagi menggunakan energi fosil.
"Kita berusaha mencari sumber-sumber energi baru terbarukan," katanya.
"Kita melepaskan diri dari energi fosil, yang kita sadar suatu saat nanti pasti akan habis," jelas Jokowi.
Ia juga menyampaikan, program B30 tersebut bertujuan untuk menjaga bumi agar bersih.
Menurutnya, membuat energi bersih bisa dilakukan dengan menurunkan gas karbon.
"Pengembangan energi baru terbarukan juga komitmen kita untuk menjaga planet bumi, menjaga energi bersih dengan menurunkan gas karbon dan untuk meningkatkan kualitas lingkungan, ini adalah energi bersih," ungkapnya.
Selanjutnya, Jokowi berujar ingin mengurangi ketergantungan impor Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Kedua, kita tahu ketergantungan kita pada impor BBM, termasuk di dalamnya solar yang cukup tinggi," katanya.
Ia mengungkapkan, Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit, sehingga itu bisa digunakan untuk menggantikan bahan bakar solar.
"Disisi lain kita juga negara penghasil sawit terbesar di dunia, dengan potensi sawit sebesar itu kita punya sumber bahan bakar nabati sebagai pengganti bahan bakar solar," jelasnya.
Adanya penghasilan minyak sawit yang melimpah itu, Jokowi ingin pemerintah bisa mendukung energi potensial yang dimiliki Indonesia.
"Potensi itu harus kita manfaatkan untuk mendukung petahanan dan kemandirian energi potensial," ungkap dia.
Sehingga Jokowi meminta pemerintah harus serius mengurangi impor solar.
"Usaha-usaha untuk mengurangi impor khususnya solar harus terus dilakukan dengan serius," ujarnya.
Hemat Devisa Negara
Jokowi menyampaikan, Indonesia bisa menghemat keuangan negara sebesar Rp 63 triliun setelah berhasil melakukan program energi terbarukan ini.
"Kalkulasinya jika kita konsisten menerapkan B30 ini, menghemat devisa negara kurang lebih 63 triliun, jumlah yang sangat besar sekali," ungkap Jokowi.
Kemudian, menurutnya, program B30 akan memunculkan permintaan crude palm oil (CPO) atau minyak sawit dari dalam negeri.
"Ketiga yang tidak kalah pentingnya, penerapan B30 akan memunculkan permintaan domestik akan CPO yang sangat besar," katanya.
"Selanjutnya, menimbulkan multi player effect terhadap Rp 16,5 juta petani pekebun kelapa sawit kita," lanjut Jokowi.
Menurut Jokowi, program tersebut akan menimbulkan efek besar terhadap pekebun kelapa sawit, baik kecil maupun menengah.
"Ini artinya problem B30 akan berdampak pada pekebun kecil maupun menengah, petani rakyat yang selama ini memproduksi sawit, serta pekerja yang bekerja di pabrik kelapa sawit," jelasnya.
Selain itu, Jokowi juga mengungkapkan, program energi terbarukan yang dimulai dari B30 ini, negara luar tidak akan bisa menekan Indonesia lagi terkait ekspor CPO Indonesia.
"Selain itu, program B30 nantinya setelah masuk ke B40 B50 dan nanti ke B100, akan tidak mudah kita untuk ditekan-tekan lagi oleh negara manapun, terutama kampanye negatif yang dilakukan oleh beberapa negara terhadap ekspor CPO kita, karena kita memiliki pasar dalam negeri yang sangat besar," ungkap Jokowi.
Jokowi menyebut peresmian program B30 ini lebih cepat dimulai dibanding perencanaan sebelumnya.
Ia merasa senang dengan adanya B30 ini, karena bisa menghemat devisa negara.
"Program B30 ini bisa maju, tidak ke tahun 2020 tapi di akhir 2019 sudah dimulai," ujar Jokowi.
Jokowi menyampaikan, program B30 tersebut sudah dicoba pada November lalu.
"Percobaannya dimulai pada bulan November kemarin, sudah berjalan sehingga hari ini kita sampaikan bahwa B30 telah kita luncurkan," jelasnya.
"Saya paling seneng ini bisa menghemat Rp 63 triliun," lanjut Jokowi.
Jokowi pun mengatakan, peresmian B30 ini hanya awal untuk program selanjutnya yang bisa menghemat devisa negara.
Menurutnya, 2020 mendatang pemerintah akan meluncurkan B40, dilanjutkan B50 pada 2021.
"Nantinya kita harapkan ini step by step, tahun depan kita masuk ke B40, 2021 kita masuk ke B50, targetnya kira-kira itu," ungkapnya.
"Kalau step step ini bisa kita raih saya kira devisa besar bisa kira raih," jelas Jokowi.
Jokowi berujar, letak kilang-kilang Pertamina yang tersebar di beberapa tempat membutuhkan transportasi untuk mengangkut crude palm oil (CPO) atau minyak sawit menuju kilang tersebut.
"Memang ruwetnya kilangnya harus tersebar, untuk membawa CPO masuk ke kilang-kilang, perlu transportasi logistik untuk menuju ke kilang, dimana barang ini diproduksi," katanya.
"Kilang Pertamina tercukupi, sehingga kita tidak harus membangun kilang baru dalam rangka B30, B40, dan B50," lanjut Jokowi.
(Tribunnews.com/Nuryanti)