Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jakarta Banjir, Pakar Tata Kota: Sistem Drainase Zaman Kolonial Masih digunakan di Era Milenial

Pakar Tata Kota mengkritisi sistem drainase di Jakarta yang sudah tidak mampu menampung air jika curah hujan tinggi.

Penulis: Faisal Mohay
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
zoom-in Jakarta Banjir, Pakar Tata Kota: Sistem Drainase Zaman Kolonial Masih digunakan di Era Milenial
Youtube Kompas TV
Pakar Tata Kota Yayat Supriyatna 

TRIBUNNEWS.COM - Pengamat Tata Kota, Yayat Supriyatna memberikan penjelasan terkait penyebab banjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya sejak Rabu (1/1/2020).

Menurutnya banjir ini menunjukkan sistem tata kelola air di Jakarta sangat buruk.

"Mengapa sangat buruk karena kapasitas drainase sudah tidak maksimal lagi untuk mengantisipasi intensitas curah hujan yang makin lama makin tinggi. Besarnya curah hujan sudah tidak mampu diatasi oleh sistem drainase kita," ujarnya dilansir melalui YouTube OfficialiNews, Kamis (2/1/2020).

Ia menambahkan sistem drainase di Jakarta masih menggunakan pola lama yang sudah tidak relevan dengan kondisi Jakarta sekarang.

"Sistem drainase kita di desain masih dijaman kolonial tapi masih digunakan dijaman milenial. Jadi dimensi besaran, tata alirannya masih mengacu kepada pola-pola lama dengan kondisi kota yang belum sebesar sekarang," ungkapnya. 

Yayat mengatakan ada 3 hal yang menyebabkan Jakarta banjir saat ini.

BACA JUGA : Daftar Identitas Lengkap 16 Korban Tewas Banjir Jabodetabek, Hipotermia, Tenggelam & Tersetrum

Berita Rekomendasi

Tiga hal tersebut adalah pasang laut, intensitas hujan yang masih tinggi dan hujan dari wilayah sekitar Jakarta yang cukup tinggi.

Ia berharap perbedaan pendapat antara Kementrian PUPR dan Gubernur DKI mengenai solusi banjir harus disamakan terlebih dahulu. 

Ia juga mengajak masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, menutup saluran, menyempitkan saluran bahkan menghilangkan saluran. 

Terakhir, dosen Universitas Trisakti ini berharap masyarakat dapat mengharmonikan antara tata ruang dan tata air.

"Jika tidak wilayah serapan menjadi hilang, wilayah konservasi berkurang dan rumah air menjadi rumah manusia. Belum lagi tumbuh perumahan-perumahan yang sama sekali tidak memiliki drainase," imbuhnya. 

Banjir di depan PN Jakarta Pusat, Kamis, 2 Januari 2020.
Banjir di depan PN Jakarta Pusat, Kamis, 2 Januari 2020. (TRIBUNNEWS/GLERY LAZUARDI)

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Jakarta dan daerah lainnya seperti Tangerang dan Bekasi terjadi karena terjadi kerusakan alam.

BACA JUGA : Rumahnya Kebanjiran, Roy Marten Tak Salahkan Siapapun

"Ini karena kerusakan ekosistem, kerusakan ekologi yang ada, tapi juga ada memang karena kesalahan kita yang membuang sampah di mana-mana, banyak hal," ujar Jokowi di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, (2/1/2020).

Menurut Jokowi, penanganan banjir yang utama saat ini yaitu menyelamatkan masyarakat yang menjadi korban banjir dengan sinergi semua instansi.

"Keselamatan keamanan masyarakat harus didahulukan," ucap Jokowi.

Setelah korban banjir tertangani dengan baik, kata Jokowi, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus bersama-sama mencegah terjadinya banjir kembali di masa depan.

"Nanti urusan penanganan banjir secara infrastrukturnya akan kita bicarakan setelah penanganan evakuasi selesai," tutur Jokowi.

"Saya ingin agar kerjasama ini dibangun pusat, provinsi, kabupaten dan kota. Sehingga semuanya bisa tertangani dengan baik," sambung Jokowi.

(Tribunnews.com/Faisal Abdul Muhaimin/Seno Tri Sulistiyono)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas