Konflik Iran-AS Kian Memanas, Ini Dampaknya Bagi Indonesia
Amerika Serikat menewaskan komandan tinggi militer Iran Qasem Soleimani dalam serangan udara di Irak pada hari Jumat (03/01).
Editor: Hasanudin Aco
Sedangkan di kota Qom, Ramiez Ja'fary, 27, seorang warga negara Indonesia yang sedang menyelesaikan studi strata satu di sebuah universtias setempat, mengatakan bahwa fasilitas publik maupun instansi-instansi pemerintah di kota itu terus beroperasi secara normal.
"Kita sejauh ini, sebagai masyarakat Indonesia, tetap mengikuti himbauan dari KBRI, salah satunya adalah menghindari tempat-tempat keramaian, menhindari tempat-tempat yang berpotensi menjadi tempat-tempat konflik," kata Ramiez, yang juga merupakan anggota Himpunan Pelajar Indonesia di Qom.
Sementara itu, peniliti radikalisme dan terorisme dari Universitas Indonesia, Muhamad Syauqillah, menjelaskan konflik antara AS dan Iran memang belum menjadi perhatian besar publik di Indonesia, akibat permasalah dalam negeri yang sedang disorot, seperi bencana alam banjir yang melanda di Jakarta dan sekitarnya yang telah menewaskan puluhan korban.
Bahkan, dalam isu hubungan internasional, masyarakat juga saat ini sedang sibuk memerhatikan ketegangan yang sedang terjadi di perairan Natuna antara Indonesia dan China.
"Oleh karenanya publik masih adem. Jadi ada intensitas perhatian yang berbeda. Jadi intensitas perhatiannya lebih pada di regional dan internal Indonesia," jelas Muhamad.
Ia menambahkan bahwa di wilayah Timur Tengah yang mengambil sikap kuat juga terbatas, dimana salah satunya adalah Irak, yang berpihak pada Iran. Hal ini dikarenakan kepentingan masing-masing negara itu juga.