Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kemunculan Keraton Agung Sejagat, Adik Sultan Hamengkubuwono X: Pemerintah Harus Buat 3 Kriteria

Pengageng Keraton Yogyakarta, GBPH Prabukusumo tanggapikemunculan Keraton Agung Sejagat di Purworejo. Ia mengusulkan tiga kriteria keraton.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Miftah
zoom-in Kemunculan Keraton Agung Sejagat, Adik Sultan Hamengkubuwono X: Pemerintah Harus Buat 3 Kriteria
Tribun Jogja/ Rendika Ferri K
GBPH Prabukusumo 

TRIBUNNEWS.COM - Pengageng Keraton Yogyakarta, GBPH Prabukusumo angkat bicara terkait kemunculan Keraton Agung Sejagat di Purworejo.

GBPH Prabukusumo menuturkan ia menyayangkan klaim Keraton Agung Sejagat itu.

Ia mengatakan, hal semacam ini seharusnya tidak terjadi.

Adik dari Adik Sultan Hawengkubuwono X ini berharap masalah soal klaim Keraton Agung Sejagat diusut sampai tuntas.

Termasuk pendukung keberadaan Keraton Agung Sejagat, Prabukusumo mengatakan, semua yang terkait harus dituntaskan.

GBPH Prabukusumo
GBPH Prabukusumo (Tribun Jogja/ Rendika Ferri K)

Ia lantas mengusulkan, melalui Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), pemerintah harus membuat tiga kriteria keraton.

1. Keraton atau Kadipaten ada Sultan, Sunan atau Adipati

BERITA TERKAIT

Kriteria yang disebutkan oleh Prabukusumo di antaranya adalah:

Apabila Keraton, maka harus memiliki Sultan, atau Sunan.

Lalu, bila Kadipaten harus memiliki Adipati.

"Jadi keraton-keraton itu dibuat tiga kriteria, yang pertama Keraton atau Kadipaten, sebutannya ada Sultan, ada Sunan, ada Adipati, dan sebagainya," kata Prabukusumo yang dikutip dari tayangan YouTube Metro TV, Rabu (15/1/2020).

2. Kepala Suku

"Yang kedua, Kepala Suku yang ada di luar Jawa," terangnya.

Prabukusumo menerangkan, di luar Jawa kebanyakan adalah Kepala Suku.

3. Trah

Ia menambahkan, kriteria ketiga yang harus pemerintah buat adalah Trah.

Trah, berdasar penuturan Prabukusumo berisi orang-orang yang dari garis keturunan.

"Kemudian kriteria ketiga adalah trah, trah ini diisii oleh orang-orang yang dari trahnya," tuturnya.

"Misalnya dari Majapahit dari mana saja, ada pengageng-ageng trah yang istilahnya belum terwakili dalam kesultanan itu, dalam kriteria pertama," tambahnya.

Prabukusumo menegaskan, dengan adanya tiga kriteria tersebut, masyarakat akan tertib.

Menurutnya tidak ada lagi orang yang mencoba mendirikan keraton baru, seperti di Purworejo.

Ia yakin, Mendagri harus meneliti ulang keberadaan keraton-keraton palsu seperti Keraton Agung Sejagat ini.

Tak hanya itu, ia menegeaskan, pihak kepolisian daerah harus mengusut hingga tuntas.

"Kebohongan-kebohongan semacam ini sebetulnya masyarakat seharusnya paham," terangnya.

Prabukusumo mengharapkan kejadian semacam ini tidak terulang dan masyarakat ke depan semakin cerdas.

Antropolog Angkat Bicara

Terkait kemunculan Keraton Agung Sejagat ini, Antropolog Nurhadi memberi tanggapan.

Ia menilai Totok Santosa Hadiningrat yang mengaku sebagai Raja di Keraton palsu itu memiliki siasat licik.

Totok memahami ada masyarakat yang mudah untuk dibidik menjadi korban.

Nurhadi mengatakan modus Keraton Agung Sejagat sama seperti penipuan investasi.

Menariknya, Totok bisa mengkombinasikan dua hal yang supaya bisa mendapatkan keuntungan.

"Yang pertama adalah harapan akan ekonomi."

"Mungkin sebagian orang berharap dengan bergabung dalam kerajaan akan mendapatkan keuntungan ekonomi," ujar Nurhadi.

"Ada juga sebagian masyarakat yang membutuhkan prestige baru yang tidak pernah ditemukan dalam kehidupan mereka sebelumnya," lanjutnya.

Nurhadi pun mengatakan umumnya mereka yang tergabung adalah orang-orang yang menghadapi persoalan di kehidupannya.

"Orang yang putus asa mudah digerakkan, mereka juga lebih mudah untuk dimanipulasi karena pemikiran mereka," ujarnya kepada Tribunnews.com melalui sambungan telepon.

Nurhadi juga menjelaskan, modus umum penipuan dari Totok.

"Jadi dia pernah berhasil melakukan suatu penipuan di tempat yang berbeda lalu lari, tetapi targetnya sama."

"Mungkin dia menulis di suatu postingan, dia bercerita atau dia berpidato dan orang-orang menjadi tertarik bergabung," tuturnya.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas