Pengakuan Para Perempuan Indonesia yang Jadi Pengantin Pesanan Pria di China
Kartel pengantin pesanan diduga kuat meraup keuntungan materi sebagai penghubung antara perempuan Indonesia dan pria China.
Editor: Hasanudin Aco
Saya sebenarnya ingin ke sana lagi. Di sana sama saja seperti di Indonesia, perbedaannya cuma bahasa dan makanan.
Baik buruk orang tergantung kita. Di Indonesia juga banyak yang jahat, banyak yang baik.
Apakah menikah dengan orang China bakal lebih sejahtera? Enggak juga.
Di kampung halaman saya banyak dibohongi, banyak orang miskin. Di sana tidak semua orang kaya, banyak juga yang miskin.
Tapi saya putuskan tidak ke China lagi, kasihan orang tua saya. Di kampung saya juga bagus, apalagi ada kebun sawit dan karet.
Di kampung saya juga tidak sebegitu susah, apalagi kalau ada niat kerja, tidak malas-malasan.
BBC NEWS INDONESIA/Mas kawin dan uang tunai disita kepolisian dari prosesi pertunangan seorang anak di bawah umur dengan pria asal China di Mempawah, akhir 2019.
Setelah pulang ke Kalimantan, jujur saya sempat membantu agen mencari perempuan untuk dinikahkan dengan laki-laki China. Saya kan dikasih uang bos.
Saya waktu itu belum tahu ini kejahatan. Setelah kakak sepupu saya berangkat, di China dia disiksa. Setelah kejadian itu saya tidak mau bantu agen lagi, saya takut.
Saya dulu pernah bilang ke dia, kalau mau ke China harus siap segala risiko. Harus atas keinginan sendiri.
Biarpun orang kasih uang untuk menikah, kalau kita tidak mau, bagaimana mereka bisa memaksa?
Saya dilaporkan kakak sepupu saya ke polisi. Padahal saya bilang, kalau dia mau nikah ke sana, apapun risikonya, itu risiko dia. Enak tidak enak, dia harus tahan. Saya sudah ingatkan dia. Jangan salahkan saya.
'Jangan sampai terjebak lagi'
Judha Nugraha, Direktur Perlindungan WNI di Kementerian Luar Negeri, menyebut para perempuan Indonesia harus selektif dan cerdas menerima tawaran menikah dengan laki-laki asal China, terutama yang melalui perantaraan comblang atau agen.
Judha berkata, di lingkup personal, pernikahan antara dua individu yang berbeda bangsa dan budaya rentan konflik. Persoalan itu disebutnya belum termasuk dugaan keterlibatan sindikat perdagangan orang di balik rumah tangga tersebut.