Ketika Yenny Wahid Jamu Makan Malam Menhan Malaysia
Tokoh perempuan Indonesia Yenny Wahid menjamu makan malam Menteri Pertahanan Malaysia Mohamad bin Sabu.
Editor: Hasanudin Aco
Sebagai negara satu rumpun, sambung Tito, Indonesia memiliki banyak kepentingan dengan Malaysia. Pun demikian sebaliknya.
Karena itu kedua negara terus menempuh langkah-langkah diplomasi. Saat menjabat Kapolri, jelas Tito, ia juga sudah melakukan banyak kerja sama. Misalnya sama-sama menangani kelompok teroris.
Kini, setelah menjabat Mendagri, Tito pun mengaku banyak melakukan kerja sama. Apalagi polisi dan badan intelijen Malaysia juga berada di bawah Kementerian Dalam Negeri mereka.
Ia memiliki hubungan baik dan terus menjaga hubungan baik ini baik secara formal maupun informal sebab memang apa yang terjadi di dalam negeri masing-masing negara bisa berpengaruh pada negara lainnya.
"Misal kasus 98 di Indonesia, mempernagaruhi eksodus ke Malaysia. Atau juga bila ada goncangan di Malaysia, ini juga akan berpengaruh pada investasi di Indonesia," ungkap Tito.
Sebagai Kepala Badan Perbatasan Nasional, Tito memgaku terus menjalin komunikasi dengan pihak Malaysia. Sebab ada 9 sengketa perbatasan di Kalimantan. Tito tak mau kasus Sipadan dan Ligitan terulang kembali, sehingga terus melakukan langkah-langkah diplomatis secara sistematis.
"Ada 9 sengketa perbatasan di Kalimantan. Dau sudah kita selesaikan, tinggal tujuh. Tahun ini kita targetkan 3 lagi. Sementara 4 sisanya tahun depan lagi sehingga garis demarkasi antara negara lebih clear," ungkap Tito.
Tito menambahkan bahwa mengelola Pos Lintas Batas juga sangat penting. Termasuk garis batas antara negara yang tidak jelas seperti di Sebatik. kalau tidak jelas, tentu sajan akan berpotensi pada peredaran narkotik maupun penyebaran terorisme.
"Narkotik dan teroris kan jadi bisa keluar masuk. Maka dalam PLB ini harus dicek betul, custom-nya bagaimana, karatina bagaimana, imigrasi bagaimana," demikian Tito.