Soroti 100 Hari Jokowi-Maruf, Haris Azhar Sebut Tak Ada Tanda Positif dan Cenderung Buruk
Haris Azhar sebut kinerja JokoWi-Maruf dalam 100 hari ini tidak memberikan sinyal positif, ia bahkan menilai Jokowi sebegai suporter koruptor
Penulis: Isnaya Helmi Rahma
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Pendiri Lokataru Foundation, Haris Azhar turut soroti 100 hari kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Sejak dilantik pada 23 Oktober 2019, Jokowi-Ma'ruf telah melakukan banyak gebarakan maupun kebijakan dalam pemerintahannya.
Namun, menurut Haris hal itu tidak memberikan sinyal positif dalam kemajuan Indoneisa.
Bahkan ia menilai kepemimpinan Jokowi di periode kedua ini masih buruk.
"Tidak ada anda-tanda positif, masih seperti dahulu dan cenderung buruk," ujarnya yang dilansir dari YouTube Kompas Tv, Senin (27/1/2020).
Aktivis HAM ini menyebut, Jokowi belum terlihat ingin menuntaskan pelanngaran HAM yang ada di Indonesia ini.
Ia mengatakan dalam kepemimpinan Jokowi justru yang terlihat mandeknya kasus pelanggaran HAM ini.
"Beban pelanggaran HAM, pelanggaran hukum di masa sebelum Jokowi, enggak ada yang diselesaikan Jokowi," jelasnya.
Haris menyebut, dalam periode kedua ini justru timbul kasus-kasus baru.
Terutama munculnya Undang-Undang KPK yang baru.
Menurutnya hal ini semakin memperlihatkan bahwa pemerintahan yang dipimpin Jokowi ini justru mendukung para koruptor.
"Tapi di zamannya dia malah justru banyak kasus-kasus baru," ujarnya.
"Dulu penanganan korupsi itu dilawan balik sama koruptornya,' kata Haris.
"Tapi zaman Jokowi difasilitasi dengan undang undang yang baru. Jadi Jokowi sebenarnya suporter koruptor gitu," imbuhnya.
Aktivis antikorupsi ini juga melihat kedepan Indonesia akan suram dengan kepemimpinan Jokowi.
"Jadi sebetulnya saya mau bilang bahwa periode Jokowi di 100 hari ini sudah jadi cermin bagaimana sisa 4 tahun lebih ke depan akan lebih suram," tegasnya.
Sebelumnya Haris Azhar juga sempat mengkritik kinerja Jokowi-Maruf yang baru berjalan satu bulan kala itu.
Menurutnya, langkah-langkah yang diambil Jokowi pada satu bulan ini menunjukkan kearah sibuk pada diri sendiri.
"Ini masih pada momentum mereka ini masih happening, masih senang, terus masih mencoba bagi - bagi mengisi beberapa kursi di runutan di bawahnya," ujarnya dilansir dari kanal YouTube Najwa Shihab, Senin (27/1/2020).
Ia juga menambahkan, pemerintahan Jokowi saat ini masih sibuk dengan persoalan - persoalan yang menyedot perhatian masyarakat terkait sosok.
"Dalam sebulan ini masih sibuk pada soal merombak posisi orang - orang, masih sibuk soal Ahok, saya si tidak ada masalah sama Ahok, positif negatif bisa kita bahas, tapi orang tersedot lagi soal sosok dan posisi," imbuhnya.
Menurut Haris, kebijakan Jokowi belum masuk dalam wilayah substansi.
"Namun menurut saya belum masuk kewilayah zona -zona substansi yang masyarakat sibuk represi terdesak oleh kebijakan - kebijakan 5 tahun lalu," ujar Haris.
Sosok Haris Azhar
Diketahui Haris Azhar merupakan aktivis Hak Asasi Maunsia (HAM).
Pria kelahiran 1975 ini merupakan lulusan Sarjana Hukum dari Universitas Trisakti.
Ia juga telah mendapatkan gelar MA dalam bidang HAM di University of Essex, Inggris pada 2010.
Sekarang ia merupakan Direktur Eksekutif Kantor Hukum dan HAM Lokataru.
Dikutip dari Tribunnews.com Ia pernah mendampingi korban bahkan menjadi Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras).
Adapun perjalanan karir dari Haris Azhar di Kontras
Sukarelawan Divii Advokasi, KontraS 1999
Anggota Staf Monitoring & Biro Riset, Kontras
Kepala Dokumentasi Penelitian Biro, Kontras
Kepala Riset, Investigasi dan Biro Database, Kontras
Wakil Koordinator Kontras
Koordinator Kontras 2015 (*)
(Tribunnews.com/Isnaya Helmi Rahma)