I Gede Pasek Suardika: OSO Beri Kebebasan Berekspresi
Bagaimana cerita I Gede Pasek Suardika bisa mendapatkan kepercayaan mengemban amanah sebagai sekretaris jenderal Partai Hanura?
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Deodatus Pradipto
Mau siapapun partai politiknya, begitu jadinya. Jadi mau tidak mau, akhirnya digerakkan oleh rakyat diminta semula lagi, kan lelah.
Makanya kalau mau fair, partai itu sudah besar dan kuat, harusnya dia berani dengan aturan yang lebih mudah, lebih egaliter.
Salah satu caranya menurunkan parliamentery threshold, begitu?
Bila perlu tidak menggunakan parliamentery threshold, fraksi threshold kita pakai. Kalau pakai fraksi threshold itu tidak ada suara rakyat yang hilang. Semua dapat terkonvensesi oleh kursi, kalau dia dapat kursi. Tapi kalau dia pakai parliamentery threshold, maka suara rakyat sudah dihilangkan di awal. Walaupun dia dapst kursi atau tidak, pokoknya hilang saja.
Sementara kebhinekaan kita, setiap daerah beda-beda. Jadi tidak bisa. Kalau dia gunakan parliamentery threshold, maka penduduk yang padat saja yang terwakili, kepentingannya.
Karena kalau penduduk yang berjauhan, ada partai di sana kuat, ya akhirnya tidak lolos karena mayoritas rakyat memilih figur itu. Akhirnya mereka dapat suaranya kecil karena di nasionalnya dia lolos, di penduduk padat dia jumlanya banyak, dia yang lolos, suara rakyat terkebiri
Makanya, menurut saya kalau memang kompetisi ingin fair, bukan parliamentery threshold yang diutak-atik, bukan dapilnya diutak-atik, tapi peraturan fraksinya, fraksi pemerintah dan nonpemerintah.
Kami akan diskusikan. Saya yakin partai yang punya semangat gotong royong, akan ditunjukkan di sini apakah hanya slogan atau tidak.
Balik ke posisi Sekjen, Anda sebagai putra daerah Bali, ada target membuat Pulau Dewata menjadi kuning (Hanura), yang sekarang dikenal merah (PDIP)?
Masih tetap merah. Bali ini unik. Anatomi politiknya tidak melihat figur, tapi dia hanya melihat warna dan ini sudah berlangsung sekian puluh tahun.
Tapi kami harapkan teman-teman yang merah berbagi jugalah karena bagaiamapun juga warga Bali harus senang juga karena pertama kali orang Bali dijadikan sekjen partai politik. Selama ini kan, kalau ada partai besar, tidak pernah kasih kepercayaan sama orang Bali di jabatan strategis. Tetap saja jabatan pelengkap yang dikasih.
Ini perlu menjadi pertimbangan masyarakat Bali juga dan saya akan menyerukan kerja sebagai layaknya orang yang mengorganisasi partai politik. Itu kami akan coba. Kalau ini kami tata, saya yakin (suara Hanura bertambah di Bali, red).
Hanura ini sangat cocok dengan nafas seluruh Indonesia. Konfigurasi pengurusan yang dipilih Pak OSO pun sangat variatif. Bendahara umumnya dari Aceh. Beliau (OSO) orang Minang berdarah Sulewasi dan tinggal di Kalimantan. Saya sendiri dari Bali. Jadi saya melihat ada semacam Nusantara yang kuat dan ini jadi modal kami.
Anda pernah di Demokrat, DPD dan sekarang di Hanura. Apa alasannya pindah ke Parpol lagi?
Jadi ada beberapa alasan. Saya waktu ke DPD kan jelas karena ketidaksamaan cara pandang berpolitik dengan pemegang partai saat itu, lebih baik saya mundur.