I Gede Pasek Suardika: OSO Beri Kebebasan Berekspresi
Bagaimana cerita I Gede Pasek Suardika bisa mendapatkan kepercayaan mengemban amanah sebagai sekretaris jenderal Partai Hanura?
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Deodatus Pradipto
Ini banyak salah ditafsirkan. Banyak yang bilang saya dipecat di Demokrat, tidak. Saya tuh mengajukan surat pengunduran diri, mengembalikan KTA (kartu anggota) dengan baik-baik, keluar baik-baik, dan membangun komunikasi dengan baik sampai sekarang.
Memang sebelumnya saya mau dipecat, di PAW tapi tidak jadi. Kemudian saya merasa kalau saya maju lagi ke DPR waktu itu, atmosfer saat itu sudah kurang pas. Ya sudah saya maju perorangan saja, seberapa kuat si kapasitas saja, ya syukur lolos ke DPD.
Nah, ketika di DPD berulang kali, perdebatan di parlemen, saya pernah walk out, saya pernah debat dengan teman-teman DPR soal kewenangan DPD terkait legislasi. Jadi Undang-Undang MD3 ada berapa, kami debat terus. Saya berpikir DPD harus dikuatkan juga, sehingga saya memilih menguatkan DPD dengan membantu dia lewat parlemen.
Banyak mantan kader Demokrat pindah ke partai-partai lain. Kenapa Anda memilih Hanura?
Saya suka tantangan karena waktu itu Hanura paling bawah, tapi kalau waktu itu desainnya berjalan dengan mulus. Itu sebenarnya prospektif sekali. Kemarin kami yakin Hanura bisa partai tengah, hitungan jelas. Kami punya 16 incumbent, 40 anggota DPD berencana maju lewar Hanura, tambah beberapa kepala daerah mau maju lewat Hanura. Jadi sudah berjalan konsolidasi ini, tiba-tiba terjadi konflik jadi bubar semua, beberapa lolos juga
Konflik internal seperti kemarin kan bisa muncul lagi ke depan, bagaimana cara Anda sebagai sekjen Hanura untuk meredamnya?
Kayaknya tidak karena tahapan fase itu sudah lewat. Ibarat gelombang, itu sekarang sudah fase semakin tenang, kontraksi sudah tidak ada lagi. Kalau toh muncul lagi, ya paling dinamika. Partai harus ada dinamika, tapi terkontrol. Ya saya mengontrol dinamika itu agar tidak keluar atau melebar.
Jadi saya punya keyakinan tidak terjadi lagi konflik seperti kemarin. Yang penting dikomunikasikan dengan baik, diredam hal yang tidak penting. Kan ini masih panjang 2024. Kalau partai politik ada dinamika tinggipun, satu tahun mau pemilu, itu bisa disehatkan tengah-tengah dan bertanding itu sehat. Tapi kalau di tahapan pemilu ada konflik, nah itu susah.
Ada pesan untuk anak muda Bali yang terjun ke dunia politik?
Bagi yang di Bali harus percaya diri juga aktif di politik secara serius karena ruang politik di Nusantara ini terbuka untuk siapapun, dari agama manapun, suku apapun, provinsi manapun. Asal punya integritas, keseriusan dan selama punya itu, yakinlah akan berjalan dan di mana-mana akan diterima. Kalau daerah bangkit, pusat akan lebih ringan karena suara kan ada di daerah.