Curhatan Warga Natuna: Pemerintah Abaikan Kami, Aksi Demonstrasi Jadi Upaya Terakhir
Aksi demonstrasi menjadi langkah perjuangan terakhir bagi warga Natuna lantaran aspirasi penolakan seolah tidak didengarkan pemerintah.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, NATUNA - Kekhawatiran penyebaran virus corona di Natuna membuat warga cemas menyusul kedatangan ratusan WNI yang dievakuasi dari Kota Wuhan, China, ke Pulau Natuna hari Minggu, 2 Februari 2020 lalu.
Lamihadinata, warga, Penagi, Ranai, Kabupaten Natuna, menyampaikan curhatannya kepada Tribun, Senin (03/02/2020) usai menggelar aksi demonstrasi di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Natuna.
Dia mengatakan, aksi demonstrasi menjadi langkah perjuangan terakhir bagi warga Natuna lantaran aspirasi penolakan tidak didengarkan pemerintah.
"Coba bayangkan saya lahir disini, sekolah hingga kuliah dan mencari makan pun disini, namun tiba-tiba ada kebijakan pemerintah menempatkan ratusan WNI yang dibawak dari pusat penyebaran virus corona, siapa yang tidak menolak," ujarnya Lamihadinata.
Baca: 243 WNI Dievakuasi ke Natuna Jalani Kini Observasi Kesehatan, Semua Dinyatakan Sehat
Dia menyatakan, sejak muncul rencana pemulangan ratusan WNI dan akan ditempatkan ke Natuna, tidak pernah ada koordinasi dari pemerintah terkait penempatan mereka di Pulau Natuna.
Dia mengatakan, mendadak secara sepihak ratusan WNI langsung diinapkan di hanggar bandara yang tidak jauh dari permukiman warga.
Karena itu, upaya penolakan demi penolakan terus digencarkan masyarakat.
Nata mengatakan, sejak kemarin sore dirinya tidak pulang ke rumah lantaran terus mengeglar aksi unjuk rasa.
"Pulang ke rumah hanya ganti baju dan hidupkan lampu, habis itu lanjut demo lagi. Ini hari ketiga saya ikut unjuk rasa," sebut Nata.
Sembari mengusap keringat di wajahnya, warga Ranai ini juga menyebutkan bahwa masker yang dia gunakan sudah dipakai dua hari.
"Pemerintah meletakkan ratusan WNI dari Wuhan di sini, namun warga tidak diberi pemahaman atas virus yang mematikan itu. Hal itu lah yang menghantui kami, sementara kami mendengar jumlah orang makin banyak yang meninggal karena virus itu," ungkapnya.
Bahkan kata dia fasilitas pencegahan diri pun tidak mereka dapati dari pemerintah.
"Ini masker yang saya pakai sudah dua hari nempel di mulut, tidak ada lagi masker dijual. Daripada tidak pakai masker, mending saya pakai lagi," ujar Nata tampak mengenakan dua masker sekaligus.
Bahkan akibat keterbatasan masker membuat warga makin takut, sebab tak ada lagi pelindung diri.
"Kemarin di jual di apotek, satu keluarga hanya boleh dapat 4 unit. Jadi setiap keluarga hanya dapat 4 masker harganya Rp. 10.000," beber dia.
Dari pengakuan warga, aksi unjuk rasa penolakan ratusan WNI itu merupakan gelombang demonstrasi yang paling besar yang pernah terjadi di Natuna.
"Dari dulu tidak pernah ada demo sebesar ini, paling kalau demo jumlahnya 50 orang, namun kali ini sampai 400 orang," tandas Nata. (Tribunbatam.id/Beres Lumban Tobing)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.