Cerita Lurah Pelalawan dan Sopir Ambulan Tentang Penyergapan Teroris Asal Jambi di Teluk Mundur Riau
Tim Densus 88 Antiteror Polri menembak mati seorang terduga teroris di Desa Tolam, Kecamatan Bunut, Kabupaten Pelalawan, Riau, Kamis (6/2/2020) sore.
Penulis: Adi Suhendi
Meskipun tidak mengetahui ingin membawa orang sakit atau jenazah bahkan identitasnya juga disembunyikan, Nurul tetap menunggu di dermaga sekitar pukul 15.00 wib.
Baca: Komisi VIII DPR: Sikap Jokowi Tegas, Tidak Ada Toleransi Terhadap Terorisme
Ia melihat banyak polisi di sekitar dermaga menggunakan helm, rompi, dan sejata lengkap.
Melihat setuasi agak genting seperti itu, Nurul bersama rekannya hanya diam menunggu tanpa banyak tanya maupun berbicara.
Sekitar pukul 16.40 wib sebuah kapal pompong ditumpangi polisi bersenjata lengkap mendekati pelabuhan kecil itu.
Setelah menyandar ke dermaga, dengan sigap polisi mengangkat sesosok mayat dibungkus menggunakan terpal warna biru dan dimasukan ke mobil ambulance.
"Sebelumnya kami disuruh cari kantorng mayat, tapi tak ada di Puskesmas. Dicari ke tempat lain juga tak dapat. Jadi pakai terpal aja," tambah pegawai honorer ini.
Jenazah terduga teroris itu telah dibungkus rapi sejak di dalam pompong.
Sehingga, wajah maupun ciri-ciri pelaku tidak bisa dilihat, termasuk warna baju maupun celana yang digunakan.
Untuk memotret juga tidak ada waktu karena langsung disuruh berangkat ke Pekanbaru.
Dua polisi bersenjata lengkap menjaga jenazah di belakang.
Kemudian dua mobil jenis Toyota Innova Reborn juga mengikuti dari belakang ambulance.
Sepanjang jalan mereka hanya fokus membawa sesosok mayat yang tidak diketahui identitasnya itu.
Setelah hampir dua jam perjalanan, mereka tiba di RS Bhayangkara pekanbaru.
Petugas lain yang telah menunggu dengan sigap menurunkan pria yang tidak bernyawa itu ke keranda dorong dan membawanya ke dalam kamar mayat.
"Setelah itu kami langsung balik kanan pulang ke Pelalawan. Setelah sampai di kampung baru terdengar cerita kalau itu teroris yang ditembak mati," tambah lelaki yang sudah 15 tahun jadi sopir ambulan ini.
Nurul memastikan jika mayat yang dibawa hanya satu orang.
Mereka tidak singgah di Puskesmas atau rumah sakit lain yang ada di Pangkalan Kerinci.
Ia tidak berani menanyakan ke polisi atau orang-orang yang ikut mengantar jenazah itu.
Ia berprinsip bahwa tugasnya bersama rekannya hanya mengantar dan harus dituntaskan. (tribunpekanbaru.com/ johanes)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.