Rudy Halim Ajak Etnis Tionghoa Berjuang Bersama Majukan Indonesia
Sejarah ini memang sempat ditutupi oleh rezim Orde Baru, namun sejarah itu kini sudah bisa dibaca secara luas.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak berabad-abad lamanya, masyarakat Tionghoa sudah berdatangan ke Nusantara.
Mereka menyatu dan berbaur dengan warga yang sudah ada di Nusantara sejak berabad-abad lamanya juga. Mereka melakukan asimilasi dan akulturasi.
Kelak kebudayaan Tionghoa menyatu dengan kebudayaan yang sudah ada di Nusantara.
Kebudayaan itu bahkan sudah tak bisa dipisahkan lagi karena begitu eratnya.
Saling mengisi satu sama lain. Dari mulai makanan sampai pakaian.
"Eksistensi warga Tionghoa bukan baru ada sejak 10 atau 20 tahun lalu. Namun sudah ratusan lalu," kata Ketua Panitia Cap Go Meh Taruna Merah Putih (TMP) bersama ribuan warga Pantai Indah Kapuk, Rudy Halim, saat menyampaikan sambutan dalam acara perayaan Ca Gomeh TMP di Foodstreet, Golf Island, Pantai Indah Kapuk, Jakarta, Jumat (7/2/2020) malam.
Rudy melanjutkan, sejarah mencatat bahwa sebagian raja-raja di Pulau Jawa tercampur dengan darah Tionghoa.
Sejarah ini memang sempat ditutupi oleh rezim Orde Baru, namun sejarah itu kini sudah bisa dibaca secara luas.
Stigma sebagian orang bahwa orang Tionghoa sebagai homo economicus atau pihak yang selalu berpikir dan bermotif ekonomi belaka juga tidak sepenuhnya tepat.
Sebab, Rudy menjelaskan, sejak Laksamana Ceng Ho datang ke Nusantara sebagai utusan resmi Kaisar Ketiga Dinasti Ming, warga China sudah berkontribusi dalam pertanian di pulau Jawa.
Sehingga pesisir utara Jawa bisa ditanami tanaman padi, hal yang sulit ditemukan di Selatan Jawa.
Pun demikian dalam soal ketatanegaran dan bahkan wujud arsitektur bangunan. Di Demak, bahan untuk membangun masjid menggunakan bahan dan tatacara ala Tionghoa.
Di era Indonesia modern, di masa-masa Kemerdekaan, orang Tionghoa juga terlibat dalam merumuskan dasar negara Indonesia dalam sidang BPUPKI.
Selain dari etnis Jawa dan Non-Jawa yang ada di Indonesia, satu diantara anggota BPUPKI itu beretnis Indo-Belanda dan Arab.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.