Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penerbangan China Disetop, AP II Catatkan Penumpang Internasional di Soetta Turun 1,5 Persen

"Kalau bicara traffic yang terkait efek Corona saya pastikan secara umum tidak ada pengaruh signifikan," kata Muhammad Awaluddin

Penulis: Ria anatasia
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Penerbangan China Disetop, AP II Catatkan Penumpang Internasional di Soetta Turun 1,5 Persen
Tribun Jogja/Hasan Sakri Gozali
ILUSTRASI - Pesawat Citilink rute Bandara Soekarno-Hatta (CGK)-Yogyakarta International Airport (YIA) terparkir seusai mendarat dengan sukses dalam proving flight atau penerbangan uji coba take off dan landing di Bandara Yogyakarta International Airport, Kulon Progo, DI Yogyakarta, Kamis (2/5/2019). Pesawat Citilink yang tidak membawa penumpang tersebut melakukan uji coba bandara sebelum Bandara YIA mulai beroperasi secara komersial pada 6 Mei mendatang. Tribun Jogja/Hasan Sakri Gozali 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia

TRIBUNNEWS.COM, CENGKARENG - Pemerintah Indonesia melarang sementara penerbangan dari dan menuju China sejak 5 Januari 2020.

Hal itu akibat merebaknya virus Corona di negara tersebut.

Baca: Badminton Asia Team Championships 2020: Cegah Penyebaran Virus Corona, Pemain Boleh Tak Bersalaman

Menyusul hal tersebut, Presiden Direktur PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin mengatakan, penundaan penerbangan dari dan ke China tak berdampak signifikan terhadap jumlah pergerakan penumpang di bandara yang dikelolanya.

Dia mencontohkan, di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, jumlah penumpang internasional turun di kisaran 1-1,5 persen.

"Kalau bicara traffic yang terkait efek Corona saya pastikan secara umum tidak ada pengaruh signifikan," kata Muhammad Awaluddin di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Senin (10/2/2020).

"Itu yang di pergerakan maskapai internasional, itu hanya turun kurang lebih 1-1,5 persen," tambahnya.

Berita Rekomendasi

Awaluddin menjelaskan, dalam satu hari pesawat dari dan menuju China yang mendarat di Bandara Soekarno-Hatta hanya sebanyak 14-16 kali.

Sementara itu, total pergerakan pesawat rute domestik dan internasional di bandara tersebut secara rata-rata adalah sebanyak 1.200 pergerakan per hari.

"Jadi kalau kita sebut internasional ada pergerakan negatif 1-1,5 persen itu wajar," ucapnya.

Awaluddin menambahkan, pesawat yang mendarat dan lepas landas di Soetta didominasi oleh rute domestik.

Dengan begitu, penundaan penerbangan dari dan ke China, menurutnya, tak berpengaruh besar ke performa bandara tersebut.

Baca: Bukan karena Virus Corona, Penjelasan Polisi soal WNA China yang Tewas di Apartemen Meikarta Lippo

"Soetta itu 78-80 persen domestik karena internasional 20-22 persen. Jadi penurunan di internasional yang hanya 1-1,5 persen itu tertutup dengan domestik yang 78-80 persen domestik," ujar Awaluddin.

"Maka saya berani mengatakan secara umum bandara Soetta dalam konteks penerbangan dan pergerakan maskapai tidak terdampak dengan Corona," pungkasnya.

Virus corona yang diprediksi tak terdeteksi di Indonesia

Indonesia hingga saat ini masih dinyatakan bebas dari virus corona.

Mengutip Kompas.com, ada peneliti yang memprediksi sebenarnya ada lebih banyak kasus infeksi virus corona di Indonesia dan Thailand lantaran lokasinya dekat dengan Wuhan, China.

Baca: Meninggalnya Dokter Li Wenliang akibat Virus Corona Picu Kemarahan Masyarakat China

Hal ini pula yang membuat para ahli khawatir jika virus corona Wuhan atau novel coronavirus penyebarannya tidak terdeteksi.

Jika hal tersebut benar adanya, maka ada potensi epidemi lebih besar dari yang saat ini terjadi.

Untuk diketahui, data per hari ini mencatat 910 orang meninggal dan 40.553 orang positif terinfeksi secara global.

"Indonesia melaporkan nol kasus, tapi mungkin sebenarnya sudah ada beberapa kasus yang tak terdeteksi," ujar ahli epidemiologi Marc Lipsitch dari Harvard T.H Chan School of Public Health, penulis pendamping dari studi terbaru yang diposting di medRxiv.

"Sementara Thailand melaporkan 25 kasus, saya pikir sebenarnya lebih banyak dari itu," imbuhnya seperti dilansir VOA News, Jumat (7/2/2020).

Hingga Senin pagi (10/2/2020), jumlah pasien yang dilaporkan terinfeksi virus corona Wuhan di Thailand sudah 32 kasus.

Kamboja yang melaporkan satu kasus juga dianggap Lipsitch sangat tidak mungkin.

Dia pun yakin, ada lebih banyak kasus yang terjadi di Kamboja.

Baca: Cegah Virus Corona, Hong Kong Mulai Karantina Siapapun yang Datang dari China

Keyainan Lipsitch itu berdasar pada penelitian yang memperkirakan jumlah rata-rata penumpang yang terbang dari Wuhan ke negara lain di seluruh dunia.

Lebih banyak penumpang dari Wuhan mungkin berarti ada lebih banyak kasus.

Tidak terdeteksi?

Lebih dari 40 Ribu Orang Dikonfirmasi Terinfeksi Wabah Virus Corona, Kematian Mencapai 910 per 10/2/2020
Lebih dari 40 Ribu Orang Dikonfirmasi Terinfeksi Wabah Virus Corona, Kematian Mencapai 910 per 10/2/2020 (the wuhan virus)

Menurut Lipsitch, sistem kesehatan di Indonesia dan Thailand mungkin tidak dapat mendeteksi virus corona Wuhan.

Dan hal ini dirasanya dapat menciptakan masalah di seluruh dunia.

Baca: Penanganan Corona di Natuna Bisa Rp 1 Triliun, Sri Mulyani Siapkan Dana Siaga

"Kasus yang tidak terdeteksi di negara manapun berpotensi menyebarkan epidemi di negara-negara tersebut," kata Lipsitch.

Penelitian yang dilakukan Lipsitch dan timnya adalah satu dari tiga riset teranyar yang mengatakan bahwa virus corona Wuhan kemungkinan sudah ada di Indonesia.

Namun, tidak satu pun dari studi ini yang melalui proses ilmiah normal yang ditinjau oleh para ahli lain di luar tim.

Ketika wabah virus corona Wuhan menyebar dengan sangat cepat, para ilmuwan mengunggah temuannya secara online dan pada server pracetak agar informasi yang mereka miliki dapat tersebar luas dan bermanfaat.

Meski temuan tersebut masih dianggap kurang, para peneliti yang dihubungi VOA berkata bahwa temuan tersebut - virus corona Wuhan mungkin sudah ada di Indonesia - masuk akal.

Pasalnya, di China jumlah orang yang terinfeksi terus meningkat setiap harinya.

Namun di luar China, wabah itu hampir "tidak bergerak".

Baca: Akibat Wabah Virus Corona, Warga Wuhan Sedang Ada di Masa Penguncian, Ini Deretan Kisah Mereka

Kalaupun ada temuan baru, jumlahnya belasan, tidak seperti China yang tambahannya mencapai 100 kasus perhari.

Inilah yang membingungkan para ahli kesehatan di dunia.

Jika benar ada, di mana virus corona Wuhan?

Penderita yang terinfeksi virus Corona di keluarkan dari kapal pesiar Diamond Princess untuk di evakuasi di karantina di rumah sakit Yokohama.
Foto Richard Susilo
Penderita yang terinfeksi virus Corona di keluarkan dari kapal pesiar Diamond Princess untuk di evakuasi di karantina di rumah sakit Yokohama. Foto Richard Susilo (Richard Susilo)

Hal ini masih menjadi teka-teki yang belum bisa dijawab.

Ahli virus Christopher Mores dari Milken Institute School of Public Health University yang tidak terlibat dalam penelitian mengatakan, itu karena transmisi virus terbukti berbeda di luar zona wabah utama untuk beberapa alasan yang belum dijelaskan.

Baca: Terus Bertambah, Korban Tewas Akibat Virus Corona Kini Mencapai 813 Orang

"Atau kita hanya tidak menangkapnya dan menghitungnya, atau gagal saat mendeteksi," imbuh Mores.

Hingga kini, Indonesia, Thailand, dan Kamboja benar-benar menyeleksi turis dari China.

"Indonesia tengah melakukan apa yang mungkin untuk dipersiapkan dan mencegah dari virus corona baru," kata Dr. Navaratnasamy Paranietharan, perwakilan Indonesia dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kepada Sydney Morning Herald.

Ia juga mengatakan, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan di bidang pengawasan dan deteksi kasus virus corona baru.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas