Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kata Fadli Zon saat Fadjroel Imbau Tak Bombastis Beritakan Corona

Politikus Partai Gerindra Faldi Zon serta Juru Bicara Kepresidenan Fadjroel Rahman hadir menjadi pembicara dalam talk show Mata Najwa.

Penulis: garudea prabawati
Editor: bunga pradipta p
zoom-in Kata Fadli Zon saat Fadjroel Imbau Tak Bombastis Beritakan Corona
TribunNewsmaker - YouTube Najwa Shihab
Juru Bicara Presiden RI, Fadjroel Rachman dan Politisi Gerindra Fadli Zon. 

TRIBUNNEWS.COM - Politikus Partai Gerindra Faldi Zon serta Juru Bicara Kepresidenan Fadjroel Rahman hadir menjadi pembicara dalam talk show Mata Najwa, Rabu (11/3/2020).

Dalam talkshow tersebut mengambil tema 'Gara-gara Corona'.

Fadli pun tampak memberikan kritikan terhadap kritikan soal pencegahan Virus Corona (Covid-19) yang dilakukan Pemerintah Indonesia.

Politisi Partai Gerindra itu mengatakan, Indonesia membuang waktu dua bulan dalam pencegahan virus corona.

"Tetapi sebetulnya banyak waktu terbuang begitu saja selama mungkin dua bulan," kata Fadli Zon yang dikutip dari Mata Najwa.

"Karena kita sibuk dengan upaya untuk menegasikan (menyangkal-Red) bahwa tidak mungkin Indonesia ini akan terserang corona," tambah Fadli Zon.

Fadli Zon Anggap Indonesia Buang Waktu 2 Bulan
Di Mata Najwa, Fadli Zon Anggap Indonesia Buang Waktu 2 Bulan dalam Pencegahan Virus Corona: Sibuk Self-Denial

Dalam pernyataannya, Fadli Zon juga menyoroti pernyataan Menteri Kesehatan Terawan Agus.

Berita Rekomendasi

Menurutnya, yang disampaikan Terawan Fadli Zon menerangkan, pernyataan yang kontraduktif dari Terawan menunjukkan public communicationnya sangat buruk.

Baca: Anies Baswedan Singgung Simulasi Virus Corona dengan Skenario Terburuk, 2 Minggu 6000 Kasus

"Jadi pernyataan-pernyataan (Terawan) justru lebih berbahaya dari corona. Jadi menganggap enteng," kata Fadli Zon.

Najwa Shihab - Fadli Zon
Najwa Shihab - Fadli Zon (TribunNewsmaker.com Kolase/ Youtube Mata Najwa)

Kemudian, Fadli Zon menambahkan, dari pernyataan yang dilontarkan Terawan ada kesan angkuh atau sombong dalam menghadapi wabah virus corona yang sekarang sudah ditetapkan menjadi pandemi oleh WHO.

"Kalau kita sudah tahu sejak Desember 2019-Januari 2020. Harusnya protokol mitigasi bencana kita sudah jelas," tegas Fadli Zon.

"Saya tidak melihat mitigasi bencana itu jelas. Kita sibuk untuk melakukan self-denial, 'tidak ada-tidak ada, Indonesia bebas, Indonesia kuat'," tutur Fadli Zon.

Fadli Zon menerangkan, tentu masyarakat berharap wabah virus corona tidak terjadi di Indonesia.

Tetapi, pada waktu di awal penyebaran virus corona, negara tetangga saja sudah ditemukan banyak kasus.

"Saya termasuk yang awal pada waktu itu mengatakan perlu adanya protokol mitigasi bencana terhadap virus corona," tambah Fadli Zon.

Baca: Gejala Awal Tom Hanks dan Istri yang Positif Virus Corona

Di sisi lain Fadjroel Rahman pun mengatakan soal protokol, Pemerintah telah menyiapkan protokol yang jelas.

"Kita sudah menyiapkan protokol kesehatan, protokol komunikasi publik, protokol pengawasan perbatasan, protokol pendidikan, dan protokol area publik dan transportasi," ujarnya.

Dan hal tersebut pun sudah bisa dibuka di website yang disediakan oleh pemerintah.

Fadjroel Rahman juga menyebut, setidaknya tidak menyampaikan soal corona kepada masyarakat dengan nada bombastis.

Namun lagi-lagi hal tersebut didebat oleh Fadli Zon, dirinya menyebut akan lebih baik yang disampaikan kepada masyarakat itu apa adanya.

"Saya kira bagus yang disampaikan oleh Juru Bicara khusus Corona, Achmad Yurianto, jauh lebih bagus ketimbang Menteri Kesehatan (Terawan) dalam membahasakan ini (Virus Corona) kepada publik," terangnya.

Metode Pemeriksaan yang Tidak Repites

Pemerintah mengatakan bahwa untuk penanganan virus corona tidak semua orang dilakukan pemeriksaan.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto dalam acara Mata Najwa Trans7 yang diunggah di kanal YouTube Najwa Shihab, Kamis (12/3/2020), mengatakan hal tersebut memiliki alasan yang jelas.

"Kita memiliki kebijakan bahwa tidak semua orang kita periksa tentunya harus ada alasan yang jelas."

"Karena kita juga menggunakan metode pemeriksaan yang tidak repites modelnya."

"Karena repites diakui bisa memeriksa cepat dalam jumlah banyak tetapi false positifnya lebih banyak."

"Dan ini tidak menjadi suatu ukuran standar bagi standarnya WHO, tetap menggunakan PCR dan sequencing," terang Yurianto.

Najwa Shihab kemudian menyinggung soal pemeriksaan acak yang dilakukan negara lain untuk mendeteksi virus corona.

"Dibeberapa negara bahkan karena gejalanya sangat random diperiksanya secara acak Pak, dan kita belum melakukan itu?" tanya Najwa.

Yurianto mengatakan, bahwa Indonesia belum menerapkan kebijakan tersebut.

Baca: Isi Surat Edaran Pencegahan dan Penanganan Covid-19 di Lingkungan Kemendikbud dan Satuan Pendidikan

"Kita belum mempunyai kebijakan seperti itu," kata Yurianto.

Najwa lalu menanyakan alasan Indonesia tidak melakukan kebijakan seperti di negara-negara lain dalam mendeteksi virus corona.

"Karena apa?" tanya Najwa Shihab.

Yurianto mengatakan, bahwa pemerintah tidak ingin membuat gaduh dan panik di masyarakat.

"Sekali lagi kita tidak ingin kemudian membuat gaduh, semua orang diperiksa, ini bukan sesuatu yang mudah," kata Yurianto.

 (Tribunnews.com/Garudea Prabawati/Andari Wulan Nugrahani/Nanda Lusiana Saputri)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas