Jenazah Ibunda Jokowi Diberangkatkan Ke Pemakaman Keluarga di Mundu
Terlihat pula Presiden Jokowi mengenakan kemeja putih dan kopiah hitam bersiap mengiringi jenazah.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, SOLO -- Jenazah ibunda Presiden Joko Widodo (Jokowi), Sujiatmi Notomiharjo sudah diberangkatkan dari rumah duka menuju pemakaman keluarga di Mundu, di Kabupaten Karanganyar, Kamis (26/3/2020).
Usai digelar tradisi Jawa 'brobosan' di rumah duka, jenazah Ibunda Jokowi, sekitar pukul 12.45 WIB diberangkatkan ke lokasi pemakaman keluarga.
Berdasaran tayangan dalam Program Breaking News Kompas TV, tampak jenazah dibawa ke luar dari rumah duka oleh delapan personil Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres).
Baca: Sebelum Diberangkatkan, Jenazah Ibunda Jokowi Disalatkan di Masjid di Dekat Rumah Duka
Terlihat pula Presiden Jokowi mengenakan kemeja putih dan kopiah hitam bersiap mengiringi jenazah.
Putera sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka terlihat membawa foto sang nenek.
Rencananya, ibunda Presiden akan dimakamkan di pemakaman keluarga di Mundu, di Kabupaten Karanganyar pada pukul 13.00 Wib.
Baca: Pemakaman Ibunda Jokowi, Jenazah Diberangkatkan dari Rumah Duka
Sebelumnya jenazah ibunda Jokowi disalatkan di Masjid Baiturahman di Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Banjarsari, Solo, Jawa Tengah.
Usai disalatkan, tradisi Jawa 'brobosan' digelar, sebelum memakamkan ibunda Presiden Joko Widodo (Jokowi), Sujiatmi Notomiharjo di rumah duka.
Tradisi Brobosan adalah tradisi ketika jenazah dari yang meninggal diangkat.
Kemudian, anak cucu dari yang meninggal, beriringan menerobos melewati bawah jenazah yang diangkat tersebut.
Dalam jurnal penelitian yang diterbitkan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, tradisi Brobosan dilakukan oleh anak cucunya orang telah meninggal, dimulai dari anak tertua sampai dengan cucu-cucunya dengan cara merunduk di bawah keranda jenazah.
Kemudian, mereka mengelilingi sebanyak 3 kali atau 7 kali searah jarum jam.
Makna dari tradisi ini adalah penghormatan terakhir dari keluarga yang masih hidup kepada jenazah.
Sementara makna lain, tradisi ini diyakini agar semua kebaikan yang ada di dalam diri jenazah semasa hidup akan menurun ke anak cucunya kelak jika melakukan tradisi Brobosan tersebut.