Najwa Shihab: Perempuan Berdaya Itu Percaya Diri, Berani, dan Tidak Takut Gagal
Tidak didera perasaan bersalah merupakan salah satu kunci keberhasilan seorang perempuan.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di Hari Kartini, isu perempuan menjadi topik utama di sejumlah media massa maupun kegiatan diskusi umum sejumlah lembaga.
Satu diantaranya yang dilakukan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Ankara yang turut mengadakan diskusi online bertema perempuan dengan menghadirkan presenter kondang, Najwa Shihab sebagai narasumbernya.
Dengan mengangkat tema Perempuan (Indonesia) berdaya, Nana atau panggilan akrab Najwa Shihab memiliki definisi tersendiri terkait perempuan berdaya.
“Perempuan berdaya saya istilahkan dengan perempuan kuat. Perempuan kuat itu yang percaya diri berani unjuk kemampuan, yang bekerja keras dimanapun dia berada dan berusaha, yang ketika gagal mencoba lagi dan tidak takut untuk mencoba lagi, dan ketika berhasil tidak didera perasaan bersalah,” ujar Nana dalam webtalk dengan KBRI Ankara, Salasa (21/4/2020).
Tidak didera perasaan bersalah merupakan salah satu kunci keberhasilan seorang perempuan. Karena kerap kali hal itu menjadi hambatan pada diri seorang perempuan.
Stereotype terkait kesuksesan perempuan yang berkembang di masyarakat, khususnya di Indonesia saat ini membuat perempuan yang telah berhasil mencapai titik kesuksesan akan didera perasaan bersalah dan ragu, karena tidak dianggap.
Nana melanjutkan, hal tersebut juga didukung dengan sebuah penelitian yang menyimpulkan, kesuksesan itu berpengaruh positif terhadap laki-laki dan berkolerasi negatif terhadap perempuan.
“Berdasarkan hasil penelitian, kerap kali perempuan menganggap rendah dirinya sendiri dan akhirnya dia membuat kungkungan, yang seharusnya bisa dia capai, bisa diraih, tanpa sadar dia membatasi dirinya sendiri,” ujar Nana
Tantangan kedua yang dihadapi perempuan untuk bisa mencapai kesuksesan dewasa ini adalah tidak mendapat dukungan dari perempuan lainnya.
Lingkaran sesama perempuan yang seharusnya bisa saling menguatkan, tanpa sadar malah kerap terjadi perundungan bagi perempuan lain, bukan untuk saling berempati.
“Ada namanya ‘Queen Bee Syndrome’ yang mana justru lingkaran yang seharusnya bisa menguatkan sesama perempuan, seringkali tidak didapat. Sadar atau tidak sadar kita kerap mem-bully perempuan lain, memuji tapi menyindir. Jadi kita seharusnya fokus terhadap apa yang bisa kita lakukan yaitu dalam diri dan juga kita bisa menguatkan lingkaran sesama perempuan,” ujarnya.
Selanjutnya, perempuan kerap disodorkan sejumlah pilihan yang sebenarnya dapat dilakukan secara bersamaan, tanpa perempuan harus dihadapkan pilihan.
Karena menurut Nana, fitrah sorang perempuan diberikan kemampuan multiperan, sehingga tanpa harus memilih perempuan bisa melakukan fungsi lainnya.
“Sejak lahir, perempuan itu multiperan dan bisa melakukan banyak hal dan sudah terbukti. Walaupun kondisinya berbeda-beda. Perempuan yang memiliki kemerdekaan yang cukup ada tanggung jawab lebih untuk memastikan suara-suara perempuan yang belum terdengar lainnya bisa diimplifikasikan oleh mereka yang sudah lebih beruntung mendapatkan kesempatan untuk muncul dan memperdengarkan suaranya,” ungkap Najwa.