Peneliti Asing Bilang Lokasi Calon Ibu Kota Baru Rawan Tsunami, Ini Kata BMKG
BMKG beri tanggapan soal penemuan ilmuwan terkait adanya potensi tsunami akibat longsoran dasar laut di wilayah dekat calon ibu kota baru Indonesia.
Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Editor: Malvyandie Haryadi
"Dalam semua peristiwa tersebut, tsunami tidak didahului oleh aktivitas gempa tektonik," terang Daryono.
Baca: Di Hari Kesiapsiagaan Bencana, Rakyat Diminta Turut Serta Putus Mata Rantai Penularan COVID-19
Ia menambahkan, peristiwa tsunami Pulau Sumber Gelap di tahun 1917 juga belum diketahui penyebabnya hingga kini.
Menurut Daryono, tsunami yang teramati di Pulau Sumber Gelap ini memiliki ketinggian 1,5 meter.
Tsunami ini pun menimbulkan kerusakan parah di Pantai Pagatan Kalimantan Selatan.
Adakah kaitan peristiwa tsunami ini dengan fenomena longsoran dasar laut seperti yang dimaksud dalam kajian peneliti asing tersebut?
Menurut Daryono, hingga kini hal itu masih menjadi misteri.
"Tentu perlu ada kajian khusus yang mendalam termasuk kajian paleotsunami untuk menjawabnya," kata Daryono.
Selain Selat Makassar, Daryono mengatakan, beberapa wilayah perairan Indonesia diduga memiliki kawasan rawan longsor dasar laut yang dapat membangkitkan tsunami.
Baca: Munculnya Ribuan Cacing, Tanda Gempa atau karena Pengaruh Disinfektan? Ini Penjelasan Ahli
Oleh karena itu, menurut Daryono, sesungguhnya Indonesia membutuhkan banyak kajian potensi longsoran dasar laut.
Khususnya, di wilayah Samudra Hindia, Selat Sunda, Laut Flores, Laut Banda, Laut Maluku, dan Laut Utara Papu.
Sehingga kita sebenarnya membutuhkan banyak kajian potensi longsoran dasar laut, khususnya di samudra Hindia, Selat Sunda, Laut Flores, Laut Banda, Laut Maluku, dan Laut Utara Papua.
Lebih lanjut, Daryono mengungkapkan, sejumlah peristiwa tsunami mematikan di Indonesia, di antaranya diduga diamplifikasi oleh dampak longsoran dasar laut, seperti:
1. Tsunami Ambon pada 17 Februari 1674 (2.243 orang meninggal)
2. Tsunami Seram pada 30 September 1899 (4.000 orang meninggal)