Beda dengan Jokowi, Sujiwo Tejo Ungkap Arti Lain dari Pulang Kampung di Tengah Pandemi
Budayawan Sujiwo Tejo menanggapi soal polemik budaya Lebaran menjelang Hari Raya Idul Fitri 2020 di tengah pandemi virus corona.
Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Ifa Nabila
Menurut dia, istilah pulang bisa juga dilakukan dengan membayangkan keadaan-keadaan ketika pulang.
Dengan begitu, orang yang saat ini berada di perantauan tidak harus pulang ke kampung halaman mereka.
"Jadi saya yang di Tangerang ini nggak harus balik ke Situbondo."
"Saya cuma bisa membayangkan keadaan-keadaan ketika pulang."
"Oh saya berasal dari bapak saya yang dalang, di rumah saya kadang-kadang saya bermain wayang, apa-apa untuk mengenang kampung."
Baca: Gugus Tugas Tetap Berharap Agar Masyarakat Tidak Mudik dan Patuhi Aturan di Tengah Pandemi Covid-19
Baca: Beragam Alasan Penumpang yang Masih Nekat Mudik, Tidak Punya Pekerjaan Hingga PHK
"Itu intinya, kalau kita nggak sadar inti pulang itu apa kita nggak akan mengubah, tapi saya setuju kebudayaan adat itu bisa diubah," terangnya.
Pria berusia 57 tahun itu lantas memberikan sebuah contoh bagaimana budaya atau adat kebiasan itu bisa diubah.
Menurut dia, dahulu saat sang ayah menjadi camat, tidak sopan bila menelepon bupati.
Namun, budaya tersebut lambat laun berubah dan menjadi hal yang biasa ketika menghubungi bupati melalui telepon.
Contoh lain, menurut dia, dahulu tidak ada perempuan jualan bensin malam-malam jadi petugas SPBU.
Namun, sekarang perempuan menjadi perugas SPBU hingga larut malam sudah dianggap biasa.
Untuk itu, dia kembali menekankan, bahwa pulang tidak harus secara fisik.
Yang terpenting, menurut dia, kita sadar dari mana kita berasal, itu pengertian pulang.
"Ini adalah kesempatan yang bagus banget untuk belajar paradoks bagaimana dekat itu nggak harus dekat."
Baca: Tegaskan Larangan Mudik Lebaran, Jokowi: Yang Kita Larang Mudiknya, Bukan Transportasinya
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.