Hindari Penggunaan Berulang, Ketua KPU Usul Gunakan Alat seperti Tusuk Gigi untuk Coblos Surat Suara
Arief Budiman mengusulkan adanya alat sekali pakai untuk digunakan mencoblos surat suara dalam perhelatan pilkada pada 9 Desember 2020 mendatang.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman mengusulkan adanya alat sekali pakai untuk digunakan mencoblos surat suara dalam perhelatan pilkada pada 9 Desember 2020 mendatang.
Arief mengusulkan pemakaian alat yang mirip dengan tusuk gigi. Dengan begitu, hal ini akan menghindari penggunaan berulang dari para pencoblos demi mencegah penularan Covid-19.
Diketahui hingga kini untuk mencoblos masih menggunakan paku.
"Kita kan masih menggunakan paku untuk mencoblos, kami ingin menghindarkan jangan sampai berkali-kali dipakai banyak orang untuk mencoblos," ujar Arief, dalam diskusi virtual 'Antara Pandemi dan Pilkada, Harus Bagaimana?', Kamis (28/5/2020).
Baca: Tabrak Rumah di Rembang Hingga Tewaskan Penghuninya, Kapolsek Gunem Dicopot dari Jabatannya
"Nanti kita sediakan jadi seperti tusuk gigi, tapi bukan tusuk gigi. Karena kalau tusuk gigi yang dipakai, tusuk gigi kan terlalu kecil. Nanti lubangnya (yang dicoblos) nggak kelihatan," imbuhnya.
Arief kemudian menyatakan pihaknya masih terus memikirkan opsi alat pencoblosan dan ukurannya.
Dia mencontohkan bisa saja lubang pencoblosan dibuat sebesar sumpit agar terlihat.
Baca: Polisi Sudah Lacak Keberadaan Warganet Lain yang Unggah Video Syur Mirip Syahrini
Meski belum ada kepastian, dia menegaskan perubahan alat pencoblosan tentu akan menimbulkan penambahan biaya pilkada.
Di sisi lain, Arief juga mengusulkan perihal tinta yang kerap digunakan sebagai penanda masyarakat sudah mencoblos.
Pihaknya mengaku berusaha menghindari masyarakat mencelupkan jarinya ke dalam satu botol tinta yang sama.
Oleh karenanya, dia mengusulkan tinta akan diteteskan ataupun disemprotkan dengan alat serupa hand sanitizer oleh para petugas.
Menurutnya hal tersebut akan mencegah adanya penggunaan bersama atau berkali-kali oleh para pencoblos. Sehingga memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
"Ada dua kemungkinan. Yang pertama pakai tetes. Kan sekarang kemana-mana kita kalau pergi itu ada hand sanitizer yang dipencet itu, jadi pemilih keluar kemudian tangannya ditaruh dibawah alat nanti dipencet oleh petugas," kata dia.
"Yang kedua, berupa spray. Jadi nanti tangannya disemprot. Ya tentu ini biayanya kemungkinan bisa lebih mahal dari yang ada. Tapi prinsipnya adalah yang dirancang single used, bisa sekali pakai alat coblos maupun spray," tandasnya.