Pandemi Covid-19 Bisa Jadi Bahan Rujukan Bagi Presiden untuk Mengevaluasi Kabinetnya
Reshuffle memang perlu dilakukan oleh Presiden Joko Widodo. Pandemi Covid-19 diyakini dapat menjadi bahan rujukan untuk mengevaluasi kabinet.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono angkat bicara soal isu reshuffle kabinet yang menguat di tengah pandemi Covid-19.
Menurutnya, reshuffle memang perlu dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pandemi Covid-19 diyakini dapat menjadi bahan rujukan untuk mengevaluasi Kabinet Indonesia Maju.
"Saya rasa reshuffle kabinet memang diperlukan ya. Karena dengan adanya pandemi Covid-19 ini bisa jadi bahan rujukan bagi presiden untuk mengevaluasi kabinetnya, seperti mana-mana saja menteri yang memang sangat membantu presiden dan bekerja dalam menangani dampak Covid-19," ujar Arief, ketika dihubungi Tribunnews.com, Jumat (5/6/2020).
Dia menilai dampak dari pandemi, baik dari sisi politik, keamanan, sosial dan ekonomi akan jauh lebih berat ke depannya.
Maka dia menilai presiden perlu 'berhitung' kembali dengan anggota kabinet yang akan bisa mendukung dan membantunya hingga sukses sampai 2024.
"Saya yakin Pak Jokowi sudah mengerti dan tahu menteri menterinya yang tidak loyal kepadanya dan berpotensi melakukan gerakan politik untuk mendelegitimasi kepemimpinannya. Dan saya yakin Pak Jokowi sudah punya cara ampuh untuk melakukan reshuffle kabinet," kata dia.
Baca: Gubernur New York Bantah NYPD Lakukan Kekerasan Terhadap Demonstran
Arief menambahkan, Jokowi membutuhkan tim atau kabinet baru untuk menghadapi dan melakukan recovery dari dampak Covid-19 tersebut setidaknya dua tahun lamanya.
"Pak Jokowi juga butuh reshuffle kabinet untuk mengantisipasi gonjang ganjing stabilitas politik pada pemerintahannya," ungkapnya.
Selain itu, Arief mengumpamakan saat ini Jokowi adalah kapten dari sebuah kapal besar yang sedang berlayar. Jokowi hanya dibantu oleh beberapa anak buah kapal (ABK), dalam hal ini menteri, untuk melewati badai besar di lautan.
Baca: Bagaimana Hukum Salat Gerhana Bulan Penumbra yang Tidak Dapat Dilihat dengan Mata Telanjang?
"Sementara sudah banyak ABK-nya yang ancang-ancang mau menurunkan sekoci untuk menyelamatkan diri masing-masing dan ada juga yang sedang kasak kusuk untuk mengambil alih," jelasnya.
"Tapi ingat ya penumpang kapal (masyarakat) masih 90 persen percaya dengan Pak Jokowi sebagai kapten atau nakhoda kapal NKRI," tandasnya.