Royal Ambarrukmo Hotel Diprakarsai Bung Karno, Dibangun dari Harta Ganti Rugi Perang dengan Jepang
Hotel ini muncul lantaran presiden Soekarno pada tahun 1966 membangun proyek mercusuar yakni pembangunan empat hotel berkelas Internasional.
Editor: Dewi Agustina
![Royal Ambarrukmo Hotel Diprakarsai Bung Karno, Dibangun dari Harta Ganti Rugi Perang dengan Jepang](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/royal-ambarrukmo-yogyakarta-hotel_1.jpg)
Tempat tersebut dulunya digunakan sebagai tempat pertemuan para raja dari Keraton Surakarta dan juga Gubernur Hindia Belanda pada masa itu.
Di sisi bangunan juga dijadikan sebagai pesangrahan sang raja Sri Sultan Hamengku Buwono VII, serta sebagai tempat tinggalnya setelah turun tahta.
Barulah ketika pada masa penjajahan terjadi, Presiden Soekarno mendapat uang ganti rugi perang atau harta pampasan dari pemerintah Jepang senilai 223,08 juta dolar AS.
Yang dibayarkan dalam bentuk sarana dan fasilitas, serta pinjaman sebesar 80 juta dolar As.
Perjanjian tersebut ditanda tangani pada tahun 1958.
Baca: Sosok Sushant Singh Rajput - Bintang Muda India yang Gantung Diri, Pemeran Archana Mencari Cinta
Dalam arsip Royal Ambarrukmo Hotel, terdapat 29 atribut yang dibangun melalui dana harta pampasan.
Di antaranya yakni pembangunan Bendungan Karangkates Malang, Jawa Timur, serta empat hotel lain termasuk Ambarrukmo itu sendiri.
Anggaran yang disisihkan untuk pembangunan hotel ini pun pada waktu itu mencapai 18.503 dolar AS.
"Itu pada zaman itu loh ya. Beberapa tahun sebelum pembangunan," ungkap Awang.
Ada Logo Nike Pada Relief Patung Penempa Keris
Entah ada maksud apa sang seniman memasukkan logo brand sport terkenal asal Amerika Serikat ini.
Dalam relief yang diciptakan oleh Seniman Asal Yogyakarta Harijadi Sumadidjaja, para pengunjung dapat menikmati setiap detail relief batu trembesit tersebut di lobi hotel.
![Royal Ambarrukmo Yogyakarta Hotel pertahankan bangunan cagar budaya, Minggu (14/6/2020).](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/royal-ambarrukmo-yogyakarta-hotel_1.jpg)
Batu relief berukuran tinggi 8 meter dan lebar 5 meter itu menggambarkan kehidupan masyarakat Jawa, khususnya di lereng merapi pada masa itu.
Ada terlihat sosok yang sedang menempa sebuah keris, para perempuan sedang beraktivitas di pasar, serta potret penjajahan Belanda di abad 18.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.