Webinar Bulan Bung Karno, Azwar Anas: Budaya Lokal Bisa Menyejahterakan
Abdullah Azwar Anas, menyebut ekspresi kebudayaan lokal mampu menghidupi masyarakat di kotanya secara ekonomi.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kader PDI Perjuangan (PDIP) sekaligus Bupati Banyuwangi, Jawa Timur, Abdullah Azwar Anas, menyebut ekspresi kebudayaan lokal mampu menghidupi masyarakat di kotanya secara ekonomi.
Anas mengatakan di Banyuwangi, daerah yang dulu kemiskinannya tinggi di Jawa Timur membuktikan bahwa budaya lokal bisa menyejahterakan suatu kota.
Baca: Bung Karno Ingatkan Kreasi Budaya Adalah Sumber Utama Penguatan Jiwa
Hal tersebut disampaikan Anas saat berbicara dalam webinar kedua dengan tema 'Rakyat Sumber Kebudayaan Nasional' yang digelar dalam rangkaian kegiatan Bulan Bung Karno 2020 yang dimulai sejak 1 Juni lalu.
Ia menjelaskan Banyuwangi melakukan dua strategi.
"Pertama, melakukan penyediaan ruang ekspresi budaya bagi rakyat untuk memperkuat kebudayaan nusantara. Strategi kedua, pengembangan kebudayaan lokal untuk kesejahteraan masyarakat untuk memperkuat Banyuwangi," ujar Anas.
Pemerintah Daerah Banyuwangi melaksanakan berbagai festival seni dan budaya yang bukan hanya sekadar peristiwa-pariwisata yang mendatangkan orang dan uang.
Baca: Sekretaris Umum Muhammadiyah Cerita Sosok Bung Karno Pembela Dhuafa
Namun, juga alat konsolidasi kebudayaan.
Sebab di sana terjadi dialog, penyiapan, materi, yang melibatkan masyarakat.
"Tahun sekarang saja ada 123 even. Hampir sebagian besar dibuat oleh rakyat sendiri. Swadaya oleh rakyat, mayoritas dibuat oleh sanggar-sanggar," kata Anas.
Bedanya Banyuwangi dengan kabupaten lain, menurut Anas, adalah tidak melibatkan koreografer hebat dari Jakarta.
Tarian Gandrung Sewu menjadi salah satu atraksi yang ditunggu dengan melibatkan 1.000 penari.
Baca: Puan: Bung Karno dan Taufiq Kiemas Telah Mewariskan Nilai-nilai Penting
Pemda Banyuwangi juga menjadikan alun-alun bagian dari panggung budaya bersama yang boleh diakses seluruh kalangan masyarakat.
Di Alun-alun Banyuwangi, dilaksanakan even Banyuwangi Culture Everyday setiap malam, terkecuali hari besar seperti Lebaran.
Anak-anak muda didorong menunjukkan ekspresi budaya lokal di tempat itu.
"Mereka sebagian kita berikan honor untuk kelompok-kelompok seninya. Sehingga seniman-senimannya menjadi berdaya karena dia menjadi kurator dari kesenian ini dan mendapat honor. Rata-rata kaum marhaen di tempat ini," ujarnya.
Dampak pengembangan kebudayaan lokal ini, wisatawan ke Banyuwangi dulunya hanya sekitar 491 ribu orang, kini mencapai 5,3 juta orang pertahun.
Jika dahulu tingkat kemiskinan warga Banyuwangi di angka 20,4 persen, kini turun menjadi 7,52 persen. endapatan perkapita masyarakat Banyuwangi juga meningkat. Dulunya hanya Rp14 juta pertahun, dan kini sudah mencapai Rp51,8 juta.
"Kami punya budaya, karena DNA Indonesia adalah budaya, maka budaya kita ini yang kita jadikan strategi untuk membangun daerah," kata Anas.
Banyuwangi, menurut Anas, adalah bukti bahwa daerah boleh maju dengan budaya dan pariwisata, namun sawah-sawah rakyat tak boleh dikorbankan.
Kerap terjadi ketika pariwisata meningkat dan nilai properti membumbung tinggi, tanah rakyat diperjualbelikan demi mengakomodasi pemodal besar.