Wasekjen Demokrat: Mau Reshufle atau Tidak, yang Penting Penanganan Covid-19 Serius
Wakil Sekretaris Jenderal (Waswkjen) Partai Demokrat Jansen Sitindaon menanggapi isu reshuffle kabinet oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Sekretaris Jenderal (Waswkjen) Partai Demokrat Jansen Sitindaon menanggapi isu reshuffle kabinet oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurutnya, saat ini yang dibutuhkan pemerintah adalah fokus menangani krisis akibat pandemi Covid-19. Bukan malah mengeluarkan wacana reshuffle yang membuat gonjang-ganjing politik.
"Bagi kami Demokrat, mau ada reshufle atau tidak, yang penting penanganan soal Covid ini diseriusi oleh Pemerintah," kata Jansen Sitindaon kepada Tribunnews.com, Minggu (5/7/2020).
"Itu yang jauh lebih penting saat ini dibanding soal gonjang ganjing politik terkait reshufle ini," jelasnya.
Jansen juga mengatakan, jangan sampai persoalan pokok terkait penanganan Covid-19 ini tidak runtas. Apalagi pemerintah sibuk membahas soal reshuffle kabinet.
"Jadi mari kita kembali ke masalah utamanya," ucapnya.
Lebih lanjut, Jansen tak mau berkomentar lebij jaut terkait nama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang diisukan masuk kabinet.
Menurutnya, isu munculnya nama AHY tidak perlu ditanggapi dengan serius. Terlebih, nama-nama itu dari sumber yang tidak diketahui dengan jelas.
Baca: Isu AHY Masuk Kabinet Jokowi, Wasekjen Demokrat: Aduh . . .
Baca: Dinilai Bisa Muluskan Jalan ke Pilpres 2024, Pengamat Sarankan AHY Terima Jika Ditawari Jadi Menteri
Baca: Kekasihnya Terinfeksi Covid-19 Tanpa Gejala, Putra Donald Trump Isolasi Diri
"Aduhh.. kita tidak tahu menahu soal beredarnya daftar nama-nama itu ya. Rasanya tidak perlulah kita menanggapi hal-hal yang sumbernya tidak jelas gitu ya. Apalagi soal reshufle itu kan sepenuhnya kembali kepada Presiden," jelas Jansen.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung soal reshuffle saat rapat kabinet paripurna di hadapan para menteri Kabinet Indonesia Maju pada 18 Juni 2020, lalu.
Dalam kesempatan itu, Jokowi mengutarakan rasa kecewanya terhadap kinerja para menteri yang dinilai tidak memiliki progres kerja yang signifikan.
"Bisa saja, membubarkan lembaga. Bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran ke mana-mana saya. Entah buat Perppu yang lebih penting lagi. Kalau memang diperlukan. Karena memang suasana ini harus ada, suasana ini tidak, bapak ibu tidak merasakan itu sudah," kata Jokowi lewat video yang diunggah melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Minggu (28/6/2020).
Lebih lanjut, Presiden mengajak para menteri ikut merasakan pengorbanan yang sama terkait krisis kesehatan dan ekonomi yang menimpa Indonesia saat di tengah pandemi Covid-19.
Jokowi menilai, hingga saat ini diperlukan kerja-kerja cepat dalam menyelesaikan masalah yang ada.
Terlebih, Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menyampaikan, bahwa 1-2 hari lalu growth pertumbuhan ekonomi dunia terkontraksi 6, bisa sampai ke 7,6 persen. 6-7,6 persen minusnya. Lalu, Bank Dunia menyampaikan bisa minus 5 persen.
"Kita harus ngerti ini. Jangan biasa-biasa saja, jangan linear, jangan menganggap ini normal. Bahaya sekali kita. Saya lihat masih banyak kita yang menganggap ini normal," ucap Jokowi.