Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bossman Mardigu: Menciptakan Demand Saja Tidak Cukup, Harus Berbarengan dengan Supply

kondisi ini menjadikan timbulnya perspektif pisau dua muka di mana perusahaan merugi serta pertumbuhan ekonomi negara mengalami kontraksi

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Bossman Mardigu: Menciptakan Demand Saja Tidak Cukup, Harus Berbarengan dengan Supply
Tribunnews.com/Reynas Abdila
Pengusaha Mardigu Wowiek Prasantyo alias Bossman Sontoloyo 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengusaha Mardigu Wowiek Prasantyo alias Bossman Sontoloyo menekankan langkah pemerintah menciptakan demand dengan menggelontorkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) belum cukup.

Dia menyebut create demand belum menjamin Indonesia keluar dari ancaman resesi ekonomi.

"Sayangnya yang digelontorkan untuk sektor konsumtif. Ini yang saya tidak setuju. Kalau digelontorkan untuk sektor produktif jadi menciptakan supply berbarengan dengan supply baru saya sangat setuju," tutur Mardigu dalam diskusi daring Melawan Resesi - Bagaimana Indonesia Bertahan dan Bangkit? pada Sabtu (15/8/2020).

Mardigu menegaskan dirinya belum melihat tanda-tanda pemerintah akan menggelontorkan dana untuk menciptakan supply.

Baca: Menko Luhut: Resesi Jangan Bikin Semua Pihak Pesimis

Baca: 10 Negara Terperosok ke Jurang Resesi, Terakhir Inggris

"Saran saya jika kita ingin keluar dari resesi adalah dengan men-create supply. Karena kalau hanya demand saja yang digenjot ekonomi tidak akan muter. Bagi saya yang penting muter," tukasnya.

Menurutnya kondisi ini menjadikan timbulnya perspektif pisau dua muka di mana perusahaan merugi serta pertumbuhan ekonomi negara mengalami kontraksi.

Mardigu menilai untuk menjadi sebuah negara berkembang naik turun dalam teori perdagangan adalah hal yang biasa terjadi.

Berita Rekomendasi

"Kalau temen-temen pebisnis yang biasanya omzetnya Rp 1 miliar per tahun lalu turun 20 persen menjadi Rp800 juta adalah hal yang biasa," tukasnya.

Dia pun mengatakan tidak perlu takut jika Indonesia kembali mengalami pertumbuhan ekonomi minus lima persen bahkan sampai 30 persen seperti Singapura.

"Dalam dagang turun naik itu biasa. Yang penting turnover atau perputaran uang terus ada," pungkas Mardigu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas