100 Dokter Gugur Akibat Covid-19, Anggota Komisi IX: Ini Bukan Alarm Kebakaran, Tapi Alarm Tsunami
Indonesia masih terus mencetak rekor baru orang terkonfirmasi positif dan belum terlihat tren penurunan.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKS Kurniasih Mufidayati sangat berduka cita atas wafatnya 100 dokter di Indonesia akibat Covid-19. Belum lagi tenaga medis lainnya.
Mufida, sapaan akrab Mufidayati, mengatakan Indonesia masih terus mencetak rekor baru orang terkonfirmasi positif dan belum terlihat tren penurunan.
Bahkan, berdasarkan data dari Pandemic Talks menyebut Indeks Pengaruh Kematian Nakes (IPKN) karena Covid-19 di Indonesia mencapai 223, yang berarti memiliki dampak kematian nakes terburuk di dunia.
Baca: Wali Kota Singkawang, Suami Serta Dua Anaknya Terpapar Covid-19, Warga Diminta Tidak Panik
"Ini bukan alarm kebakaran lagi, ini sudah alarm tsunami. Semua komponen bangsa harus bangun dari zona amannya, bahwa seolah kita tidak apa-apa. Bahwa ekonomi jauh lebih penting dari kesehatan. Jangan lagi Pemerintah menyebut wafatnya nakes kita karena tidak disipin. Adakah empati disana?" ujar Mufida, kepada wartawan, Jumat (4/9/2020).
Mufida turut mengingatkan saat ini daya tampung rumah sakit untuk menangani pasien Covid-19 sudah penuh. Jakarta merilis per Jumat 28 Agustus 2020, kapasitas ruang isolasi dan ICU di RS rujukan sudah terisi 70 persen.
Baca: Pesan Penting Satgas Penanganan Covid-19: Kurangi Resiko Sakit dengan Menjaga Imunitas
"Dokter dan perawat terus berguguran dan kapasitas ruang perawatan Covid hampir 100 persen. Bisa dibayangkan apa yang selanjutnya terjadi? Italia yang pada awalnya sangat tinggi korban Covid-19, saat sudah berangsur turun, tapi kita masih terus menanjak," kata dia.
Politikus PKS tersebut menilai harus ada langkah yang cukup revolusioner dan eksponensial dari pemerintah agar jumlah konfirmasi positif Covid-19 dan angka kematian karena Covid-19 menurun.
"Kita mengerti perlu program pemulihan ekonomi nasional yang terpukul akibat pandemi. Semua kebijakan untuk pemulihan ekonomi sudah dilaksanakan, bahkan alokasi anggarannya tidak kecil," ungkapnya.
Baca: Thailand Laporkan Kasus Covid-19 Transmisi Lokal Pertama Selama 100 Hari Terakhir
"Tapi kami mohon penyelamatan nyawa rakyat, harus tetap menjadi prioritas. Negara harus mengutamakan pemulihan kesehatan terlebih dulu, sehingga bisa menata perekonomian dengan lebih optimal. Bukan sebaliknya, seperti saat ini," imbuh Mufida.
Terkait media luar dan dunia internasional yang menempatkan penanganan Covid-19 di Indonesia dalam lima besar terburuk di dunia, Mufida mengingatkan penilaian itu terkonfirmasi dengan data-data yang sudah ia paparkan sebelumnya.
Seperti belum turunnya kurva kasus konfirmasi positif, rasio kematian tenaga kerja kesehatan yang termasuk tinggi di dunia dan mulai penuhnya kapasitas rumah sakit.
"Disinilah jiwa kepemimpinan seorang kepala negara sekaligus kepala pemerintahan diuji. Apakah benar-benar seluruh jajaran melaksanakan semua arahan dan keberpihakannya terhadap pemulihan penyakit ini. Kami minta dengan segala hormat Bapak Presiden Republik Indonesia melakukan langkah-langkah yang nyata untuk menyelamatkan nyawa anak bangsa," pungkasnya.