Indonesia Khawatir Peningkatan Rivalitas Negara Besar
Indonesia menyampaikan kekhawatirannya mengenai meningkatnya tensi dan rivalitas dari negara besar.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia menyampaikan kekhawatirannya mengenai meningkatnya tensi dan rivalitas dari negara besar.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan situasi ini akan berdampak terhadap perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan kawasan.
Hal yang lebih mengkhawatirkan, negara lain termasuk Indonesia sering terjebak dan dipaksa untuk memilih.
“Indonesia tidak ingin terjebak dalam rivalitas yang sedang terjadi. Indonesia justru ingin kerjasama ditingkatkan di tengah situasi sulit saat ini,” kata Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi dalam konferensi pers virtual, Rabu (9/9/2020).
Baca: Indonesia Kembali Tampung Ratusan Pengungsi Rohingya, Ini Respons Menlu Retno Marsudi
Dalam Pertemuan Tingkat Menlu se-Asia (East Asia Summit Foreign Ministers Meeting) ke-10, Indonesia menuntut EAS menjadi kekuatan positif bagi perdamaian dan stabilitas Kawasan
Indonesia juga menyerukan pentingnya semua pihak menghormati hukum internasional.
Serta, tidak menggunakan kekerasan dan menyelesaikan masalah secara damai.
Baca: Menlu Retno: Wilayah Indonesia Tak Akan Dijadikan Pangkalan Maupun Fasilitas Militer Negara Manapun
“Indonesia menekankan bahwa rivalitas tidak akan menguntungkan siapa pun,” kata Menlu.
Indonesia juga mendorong seluruh negara memfokuskan energinya untuk meningkatkan kerjasama, termasuk melalui ASEAN Outlook on the Indo Pacific.
“EAS dapat menjadi platform bagi strategic dialogue untuk memahami kepentingan dan concern pihak lain dan kemudian bekerja untuk mencari penyelesaian," katanya.
Indonesia juga menuntut EAS memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan resiliensi kesehatan Kawasan.
Baca: Menlu Retno Marsudi Ingatkan Alasan G20 Dibentuk
Hal itu dapat diterjemahkan melalui jaminan akan akses terhadap vaksin yang aman dan harga terjangkau.
“Mengingat negara-negara EAS banyak yang terlibat dalam pengembangan vaksin, maka terbuka pintu untuk kerjasama di bidang vaksin,” kata Menlu.
Indonesia menekankan dalam usianya yang ke-15, EAS harus tetap relevan dan efektif dalam merespon tantangan kawasan dan dunia, termasuk menjadi bagian dari solusi.
Soal Laut Cina Selatan, Indonesia menuntut semua negara memberikan penghormatan terhadap hukum internasional, termasuk UNCLOS 1982.
“Ini sangat penting jika kita ingin melihat Laut China Selatan sebagai laut yang damai dan stabil,” kata Menlu.