Epidemiolog UI Nilai Pemerintah Tidak Punya Rencana Jangka Panjang Hadapi Covid-19
Epidemiolog UI Pandu Riono menilai pemerintah tidak memiliki rencana jangka panjang dalam menghadapi pandemi Covid-19, harusnya dibuat kampanye publik
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Epidemiolog Universitas Indonesia (UI ) Pandu Riono menilai pemerintah tidak memiliki rencana jangka panjang dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Menurutnya, pemerintah tidak memiliki capaian untuk mengubah perilaku masyarakat dalam menghindari penyebaran virus corona.
"Indonesia dalam menghadapi pandemi tidak punya rencana jangka panjang. Tidak punya plan, apa yang akan dilakukan. Tidak punya target, tidak punya objektif termasuk untuk mengubah perilaku itu tidak ada rencana," kata Pandu dalam webinar yang digelar Iluni UI, Sabtu (19/9/2020).
Menurut Pandu, seharusnya pemerintah telah membuat perencanaan kampanye publik untuk mengubah perilaku masyarakat.
Baca: Epidemiolog UI: Vaksin Bukan Solusi
Pandu menilai pemerintah harusnya belajar dari kampanye Program Keluarga Berencana soal tagline "Dua Anak Cukup".
Menurut Pandu, kampanye ini berhasil mengubah perilaku masyarakat untuk memakai KB.
"Padahal di kita sudah pernah berhasil melakukan kampanye publik, komunikasi publik perubahan perilaku adalah "Dua Anak Cukup'. Dari negara yang tadinya punya kepercayaan banyak anak, banyak rezeki. Ternyata sebagian penduduk akhirnya percaya dua anak cukup," ungkap Pandu.
Dirinya menilai sebaiknya pemerintah belajar dari kampanye publik tersebut.
Kampanye mengenai "Dua Anak Cukup" menurutnya sangat sukses mengubah perilaku masyarakat.
"Itu kampanye publik yang luar biasa sukses di Indonesia dan kita tidak belajar dari itu. Seakan-akan sukses itu jadi hilang padahal orang-orangnya masih ada. Prinsip-prinsipnya akan sama walaupun akan lebih cepat harus dilakukan, dan lebih strategis.
Baca: Epidemiolog UI Soroti Tingginya Kasus Covid-19, Ini yang Perlu Diperhatikan
Pandu meminta pemerintah serius mengampanyekan pemakaian masker dan jaga jarak untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Dibanding mengumumkan soal vaksin yang efektivitasnya belum dapat dipastikan.
Saat ini, menurut Pandu, cara paling efektif mencegah masker adalah dengan mengenakan masker.
"Akhirnya saya mengkomunikasikan bahwa pakai masker adalah vaksin yang terbaik yang ada sekarang. Jangan nunggu vaksin yang belum jelas. Efek sampingnya, belum tentu sangat efektif," ucap Pandu.
Menurut Pandu, pemakaian masker dapat meminimalisir penyebaran virus corona secara maksimal.
Sementara vaksin, kemungkinan hanya memiliki efektivitas sebanyak 60 persen.