Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hasil Konferensi Internasional UMB Akan Jadi Rekomendasi ke Presiden

Diharapkan, rekomendasi itu dapat membantu pemerintah dalam mengawal perubahan sosial ke arah yang lebih baik

Editor: Sanusi
zoom-in Hasil Konferensi Internasional UMB Akan Jadi Rekomendasi ke Presiden
HANDOUT
ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil Konferensi Internasional Universitas Mercu Buana (UMB) yang akan berlangsung pada akhir bulan ini akan dilaporkan ke Presiden Joko Widodo dan Menteri Pendidikan & Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim sebagai rekomendasi.

Diharapkan, rekomendasi itu dapat membantu pemerintah dalam mengawal perubahan sosial ke arah yang lebih baik terkait dengan pengambilan kebijakan jangka pendek, menengah dan panjang yang lebih realistis.

Konferensi internasional secara virtual itu akan berlangsung pada 28-29 September 2020 dengan fokus ilmu sosial dan ilmu rekayasa. Thema acara tersebut adalah Mercu Buana International Conferences on Social Sciences (MICOSS) & On Broadband Communications, Wireless Sensors and Powering (BCWSP).

Demikian dijelaskan Ketua Panitia MICOSS Dr Suraya dan Ketua Panitia BCWSP Prof Andi Adriansyah, di Jakarta Senin (21/9/2020).

Ketua Panitia BCWSP Prof Andi Adriansyah
Ketua Panitia BCWSP Prof Andi Adriansyah (ist)

Akan hadir dalam konferensi internasional ini, Menteri Kordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubowono X. Keduanya diharapkan dapat membahas soal perekonomian Indonesia dan kekuatan kearifan lokal Indonesia dalam menyikapi pandemi Covid-19 bagi masyarakat.

Menurut Suraya, ada tiga pembicara inti dalam MICOSS Assoc. Prof Normah Mustaffa dan sekaligus Pemred Jurnal Komunikasi Malaysian Journal of Communication, Universitas Kebangsaan Malaysia dan Prof. Felina Young dalam jabatannya sebagai Chancellor & Senior Vice President for Academic Affairs of Philippine Womens’ University yang membahas komunikasi, kewirausahaan, digitasi konten, Good Governance dalam kaitannya dengan Society 5.0.

“Hasil atau rekomendasi konferensi internasional kepada Presiden terkait dengan Entrepreneurship, Sustainability, Business and Comunication untuk menghadapi masa pandemi ini. Selain kepada Presiden, konferensi internasional juga akan mengirimkan hasil rekomendasinya kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terkait dengan Program Pendidikan Tinggi yang adaptif dengan teknologi Digital berdasarkan konsep Kampus Merdeka,” ujar Suraya.

Berita Rekomendasi

Kampus merdeka merupakan bagian dari rangkaian kebijakan Kemendikbud dengan tema payung besar Merdeka Belajar. Kebijakan Merdeka Belajar. Kampus Merdeka sendiri bertujuan membangun perguruan tinggi yang lebih otonom dengan menciptakan kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang, dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing perguruan tinggi.

Terkait dengan peserta, hingga kini konferensi internasional akan diikuti 320 peserta yang berasal 12 negara Indonesia, Uni Emirat Arab, Malaysia, Taiwan, Jepang, China, Irak, Kuwait, Polandia, Jerman dan Inggris (United Kingdom) dan pemakalah yang terdaftar terdiri dari 109 orang (MICOSS) dan 39 orang (BCWSP).

Perguruan Tinggi yang hadir sebagai peserta adalah dari Indonesia Universitas Indonesia, Universitas Mercu Buana, Universitas Al-Azhar, Indonesia, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Universitas Riau, Beijing Institute of Technology, Universiti Malaysia Perlis (Malaysia), Beijing Jiaotong University (China) Yuan Ze University (Taiwan), Queen Mary University of London, United Kingdom (Great Britain), Imperial College London, United Kingdom (Great Britain) dan Silesian University of Technology (Polandia).

Baik Suraya dan Adriansyah sepakat, kata kunci pada masa pandemi adalah adaptabilitas atau menyesuaikan diri dengan kondisi sekarang.

Dari dunia pendidikan, konferensi internasional UMB ini dapat memberi pencerahan bagi para mahasiswa seluruh Indonesia untuk mau adaptif dengan keadaan pandemi dan sekaligus membangun mental kreatif dan inovatif di tengah kesulitan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

Dunia akademi harus dapat menyumbangkan pemikiran melalui berbagai penelitian dan hasilnya dibutuhkan masyarakat dalam menghadapi berbagai kesulitan dalam hidup normal baru.

Ditegaskan oleh keduanya, mahasiswa harus memiliki sikap adaptif, kreatif dengan perubahan. Mereka harus mampu memanfaatkan teknologi terutama teknologi digital, mencari penyelesaian berbagai masalah masyarakat dengan berbasis data melalui melalui ide-ide inovatif.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas