Untung Mengenang Sosok Ayahnya Jenderal Ahmad Yani, Bertengkar dengan Cakrabirawa Sebelum Ditembak
Setelah masuk lalu terdengar rentetan suara tembakan dan Jenderal Ahmad Yani pun terjatuh dengan banyaknya selongsong peluru di tubuhnya.
Editor: Dewi Agustina
Pada 1966 tempat tersebut akhirnya diresmikan menjadi museum untuk mengenang sosok Jenderal Ahmad Yani.
Untung Mufreni Ahmad Yani menceritakan peristiwa berdarah itu secara detail detik-detik berdarah terbunuhnya ayahnya hingga ayahnya dibawa ke kawasan Lubang Buaya.
Saat kejadian, istri dari Jenderal Ahmad Yani yang tak lain merupakan ibu dari Untung Yani ini sedang tidak berada di rumah.
Sedangkan Untung Yani bersama saudaranya yang lain dan ayahnya pun sedang lelap tertidur.
Pada pukul 04.00 WIB adik dari Untung Yani yaitu Irawan Sura Eddy Yani terbangun untuk mencari ibunya, tetapi ia malah melihat banyak pasukan Tjakrabirawa di kediamannya.
Tidak selang beberapa lama, lima anggota Tjakrabirawa masuk dan menanyakan keberadaan Jenderal Ahmad Yani.
Pasukan Tjakrabirawa mengatakan bahwa Jenderal Ahmad Yani dipanggil presiden.
Irawan Yani pun membangunkan ayahnya yang saat itu masih tertidur pulas.
Tak lama setelah itu pun Jenderal Ahmad Yani menemui anggota Tjakrabirawa di belakang paviliun.
"Waktu itu dengan sangat kasar anggota Tjakrabirawa berkata kepada Jenderal Ahmad Yani bahwa dirinya dipanggil Presiden saat itu juga," ujar Untung Yani.
Saat itu pula sempat terjadi pertengkaran antara Jenderal Ahmad Yani dengan anggota Tjakrabirawa yang berujung pada Jenderal Ahmad Yani memukul salah satu anggota Tjakrabirawa.
Tak lama setelah pertengkaran itu, Jenderal Ahmad Yani masuk kembali ke dalam rumah dan menutup pintu kaca.
Setelah masuk lalu terdengar rentetan suara tembakan dan Jenderal Ahmad Yani pun terjatuh dengan banyaknya selongsong peluru di tubuhnya.
Baca: Mengenang Letjen Ahmad Yani, Target Utama G30S, Ditembak di Kediamannya Sendiri
"Setelah ayah terjatuh dengan banyaknya tembakan, ia pun diseret melalui pintu belakang dan setelah itu dilempar ke dalam truk. Kami pun sempat mengikuti bapak namun seorang anggota Tjakrabirawa membentak kami sehingga kami hanya bisa menangis," tambah Untung Yani.