Pengamat Prediksi Partai Baru Amien Rais Sulit Berkembang, Ini Analisisnya
Menurut Karyono, melihat persaingan yang sangat ketat, maka partai Ummat tidak mudah untuk lolos di parlemen.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai, partai baru yang didirikan Amien Rais dan koleganya sulit berkembang.
Menurut Karyono, melihat persaingan yang sangat ketat, maka partai Ummat tidak mudah untuk lolos di parlemen.
"Apalagi jika nanti prosentase ambang batas parlemen (parlementary threshold) dinaikkan lagi," kata Karyono kepada Tribunnews, Jumat (2/10/2020).
Karyono pun memprediksi, Partai Ummat harus berebut ceruk pemilih dengan semua partai, termasuk dengan Partai Amanat Nasional (PAN) pimpinan Zulkifli Hasan yang dulu ia didirikan bersama sejumlah tokoh.
Baca: Partai Ummat, Kendaraan Baru Amien Rais Berjuang di Jalur Politik
Salah satu yang menarik dari deklarasi partai Ummat adalah asas partai yang awalnya disebut akan menggunakan asas Islam Rahmatan Lilalamiin akhirnya menggunakan Pancasila.
"Mungkin ada sejumlah pertimbangan kalkulasi politik, jika asasnya islam maka semakin sempit segmen pemilihnya," ucap Karyono.
Dengan begitu, berarti asas partai Ummat sama dengan PAN yang berasaskan Pancasila dan besifat terbuka, majemuk, berasal dari berbagai pemikiran, latar belakang etnis dan agama.
PAN tidak menjadikan islam sebagai asas tapi agama menjadi landasan perjuangan PAN.
Dengan menggunakan Pancasila sebagai asas, maka terbuka peluang bagi tokoh-tokoh lain untuk bergabung.
Baca: Mardani Sebut Kehadiran Partai Ummat Buat Iklim Politik RI Makin Sehat
Tentu saja, ada kemungkinan sejumlah tokoh nasional dan lokal akan bergabung ke partai Ummat.
Tetapi, belum tentu untuk Gatot Nurmantyo akan bergabung.
"Mungkin ada pertimbangan Gatot lebih memilih di luar partai setidaknya untuk sementara waktu agar lebih leluasa bergerak, jika Gatot memiliki hasrat untuk maju di pilpres 2024," jelasnya.
Walau demikian, Partai Ummat tetap harus berjibaku merebut suara di pemilu nanti, partai baru yang didirikan Amien akan berebut ceruk pemilih partai islam dan bersaing dengan partai berhaluan nasiinalis.
Baca: Amien Rais Diminta agar Partai Ummat Tak Hanya Kejar Agenda Politik Jangka Pendek
Dengan posisi seperti itu, partai baru bentukan Amien tidak mudah untuk merebut pemilih. Mungkin Amien berharap dapat merebut suara dari basis Muhammadiyah dan berharap dukungan dari golongan umat islam lainnya.
Tetapi nampaknya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pasalnya, basis pemilih Muhammadiyah telah menyebar ke sejumlah partai. Sebagian preferensi pemilih Muhammadiyah menyalurkan aspirasinya ke PAN, sebagian lagi ke partai lain dimana sejumlah partai juga mengakomodir tokoh-tokoh Muhammadiyah yang tentu saja dapat menyedot suara Muhammadiyah.
Pun demikian umat islam yang tergabung dalam nahdlatul ulama (kalangan nahdliyin), Persis, LDII dan lain-lain telah menjadi rebutan sejumlah partai, tidak hanya partai islam tapi juga partai nasionalis.
Oleh karenanya, sebagai pendatang baru, partai besutan Amien Rais harus bekerja keras untuk merebut ceruk pemilih yang sudah 'terkavling' itu.
"Salah satunya, perlu membuat deferensiasi dan gebrakan luar biasa yang membedakan dari yang lain. Jika gagal membangun deferensiasi dan gebrakan program yang dapat menarik simpati, maka sulit bagi Amien Rais dan koleganya meloloskan partainya ke senayan," papar Karyono.
Dari situ, ada kecenderungan kuat Amien akan mengambil sikap oposisi diametral dan non kompromis dengan pemerintahan Jokowi, sebagai salah satu pembeda.
Namun demikian, perjuangan Amien, dkk belum tentu mulus karena harus bersaing dengan PKS, Demokrat dan PAN yang berada di luar koalisi pemerintah.
"Dengan demikian, posisi partai Ummat berada dalam kondisi dilema," imbuhnya.
Nampaknya, tidak hanya figurnya, sikap politik dan pemikiran Amien berpotensi akan mendominasi gerak partai tersebut.
Sehingga Ibarat kapal, kemana akan berlabuh, akan tergantung kepada nahkodanya, yaitu Amien Rais.
Namun, menggantungkan kepada sosok Amien Rais ada plus minusnya. Plusnya mungkin masih bisa menampung suara yang kecewa dengan PAN pimpinan Zulkifli Hasan dan sebagian suara yang tidak puas dengan pemerintah saat ini.
"Sedangkan minusnya adalah menurunnya pamor Amien Rais dan meningkatnya sentimen negatif terhadap sosok yang menjadi salah satu lokomotif reformasi tersebut," tutup Karyono.